AES001 Hidup Untuk Belajar - Belajar Untuk Hidup
Dhanu Wiradhana
Thursday October 5 2023, 12:15 PM
AES001 Hidup Untuk Belajar - Belajar Untuk Hidup

Akhirnya pecah telur jugaaa... Mulai menulis blog pertama dalam hidup saya. Jadi teringat kembali kembali ke tahun pertama anak pertama saya pindah ke Smipa. Dari sebuah sekolah konvensional ke sekolah inklusi. Gak terbayang seperti apa situasi belajar mengajar di sekolah barunya. Dari proses gelar griya yang membuka mata, proses trial 3 hari yang memanjang jadi trial panjang 6 bulan, sampai sekarang yang sudah duduk din kelas 6 SD, adiknya sudah kelas 2 SD dan si bungsu yang baru bbrp bulan masuk KB. Semuanya kami jalani dengan senang, sedih, kagum, terkejut, ada rasa marah, kecewa tapi yang paling besar adalaaaah belajar jadi manusia dan memanusiakan orang lain, terumatam tumbuh kembang anak anak. Belajar bagaimana hidup berdampingan secara harmonis dan ideal dengan alam dan mahluk ciptaan Tuhan yang lain. 

Betapa banyak amatan yang luput tentang anak anak kami tapi kami dapatkan dari kakak kakak di kelas dan sekolah. bagaiman fase prapubertas anak tertua kami berpengaruh sangat besar terhadap kehidupan sehari hari anak kami. Yang kelas 3 dan 4 bisa bersahabat dengan lawan jenis, eeeeeeh kelas 5 pecahb kongsi hanya karena kalo mereka ngobrol akrab berdua di cie cie bbrp teman tertentu. Bagaimana fase pra pubertas mengecewakan dan membuat dia sedih harus kehilangan sahabatnya. Padahal belum ada dalam pikirannya untuk menyukai lawan jenis lebih jauh. Anak yang tadinya ceria jadi pemurung, mudah nangis, mudah tersinggung dan panikan. berbagai runtutan kejadian buruk yang disebabkan oleh satu orang teman perempuan di kelas nya sukses menghancurkan kepercayaan dirinya, ketenangannya, keyakinannya, pertemanan dia dengan teman teman di kelasnya, sampai pada akhir kelas 5 pelaku ini mangakui semua perbuatannya dan meminta maaf serta mengajak menjadi teman. Sungguh kagum saya sama tim Smipa dalam penanganan kasus ini, sangat baik. Lega rasanya semua akhirnya berakhir. Namuuuuun ternyata saya salah kira, bbrp minggu lalu anakku RAT matematika, hari senin pagi, mundur ke hari jumat malam, minggu sebelumnya, saya, istri saya dan anak kami yg paling besar duduk di meja makan, berdiskusi panjang mendalam, mengenai apa yg dia rasakan, kondisi apa yang akan membuat dia lebih senang, nyaman, lega, percaya diri, berani dan tidak panikan lagi. Setelah saya belajar dari dia semenjak dia lahir (saya urus dia sendiri dari baru lahir) sampai sekarang, saya coba minta dia untuk mengosongkan pikirannya, bernapas dengan tenang sambil menutup manat, seperti yang biasa dia lakukan pada saat waktu hening, menghilangkan kepanikan, ketakutan dan kehawatiran dalam dirinya. Berusaha meyakinkan dia bahwa dia bisa, daaaan ketika saya coba tes dia dengan soal dengan hapalan perkaliannya, ternyata bisaaaa, legaaa sekali rasanya. Maju ke hari Senin, masuk sekolah dengan muka sumringah, tersenyum menghadapi RAT kl ini. Dalam hatiku, iniii anakku yang duluuu, sudah muncul lgi...legaaa sekali pagi itu. Dan betul, siang itu ketika aku tanya bagaimana RATnya, dia jawab sambil senyum, puas yah, lega...dengan bangga kupeluk anakku kuat kuat. selasa berlalu, tiba hari rabu, pulang sekolah, mukanya bingung, sedih , layu, didampingi kakak kelasnya, mereka bercerita...yah, kertas RAT aku ada yang merobek, sisa robekannya entah dimana... Yaa Tuhan ada apa lagi ini... Seperti biasanya tim Smipa langsung membuat penyelidikan menyeluruh, akhirnya Senin depannya ketemu sisa robekannya disembunyikan di gudang, sekalil lagi, yang menemukan si pelaku, yang akhirnya mengakui perbuatannya. Sedih, kaget, marah, kecewa menghantui keluarga kami minggu itu. Hancur hati anakku, semua kerja kerasnya hancur berantakan, percuma, sebuah pelajaran hidup yang sangat keras untuk anakku. Rabu itu dia harus mengulang RAT nya karena kertas robekannya terlalu parah jadi sulit untuk dinilai. Karena dia sudah berhasil mengalahkan dirinya sendiri, mengulang pun jadi ringan untuk dia lakukan. Begitulah sedikit cerita perjalanan anak tertuaku di Smipa, lain kali ingin rasanya menulis lebih lengkap perjalanan dia disini, perkembangan dia disini. 

Rupanya menjadi keluarga Smipa adalah belajar untuk hidup dan hidup untuk belajar. Pembelajaran dari manusia, lingkungan, hewan, alam, kami dapat banyak pembelajaran. Akhirnya untuk apapun itu, tidak ada pembelajaran yg negatif, semuanya pasti ada hal baik yang akan muncul dari semua peristiwa yang terjadi. Terima kasih Kak Andy dan Bang joe yang menjadi inspirasi saya sehingga akhirnya pecah telur hahahaha. Mohon maaf kalo ada yang tidak berkenan. Mohon maaf jika ada yang tidak nyaman, saya hanya bermaksud menceritakan pengalaman anak saya berdasarkan fakta yang terjadi di lapangan.

Andy Sutioso
@kak-andy   7 months ago
Terima kasih banyak Dhanu untuk tulisan perdananya. Mencatatkan proses yang tidak mudah tapi berusaha dimaknai dengan baik. Semoga jadi catatan yang baik untuk perjalanan bersama ke depan. 🙏😊
Dhanu Wiradhana
@dhanu-wiradhana   7 months ago
Terima kasih banyaaak kak, akhirnya mulai menulis di blog ini, semoga bisa konsisten
joefelus
@joefelus   7 months ago
Waaah selamat Mas Dhanu untuk esai pertama yang sangat keren ini. Tulisan-tulisan semacam ini akan menjadi catatan "sejarah" perkembangan dan pengalaman dalam hidup kita dan anak-anak kita. Kalau dipikir-pikir walau mengalaminya membuat dahi semakin tambah kerutan, tapi indah sekali. Sekali lagi selamat dan ditunggu tulisan-tulisan berikutnya :)