AES192 Bertanya dan Proses Penemuan Diri
Andy Sutioso
Monday November 22 2021, 11:03 PM
AES192 Bertanya dan Proses Penemuan Diri

Di beberapa minggu terakhir ini saya sedang banyak diundang ke berbagai kelompok (kelas) di Rumah Belajar Semi Palar untuk memfasilitasi Sesi Bertanya bersama kelompok-kelompok di Semi Palar. Hal ini sudah kami programkan sejak masa pandemi di tahun lalu - sejak TP16 di mana kami berusaha menggulirkan tema Sederhana, Kontekstual dan Mendalam sebagai tema sentral pembelajaran di Semi Palar. 

Hmm ya, pandemi ini memang membawa berkah tersendiri bagi Semi Palar. Situasi pandemi yang memaksa pembelajaran berlangsung di rumah memaksa kami tim Smipa untuk mengambil jarak dan memandang proses pembelajaran dari perspektif yang berbeda. Pada saat yang sama, KemDikBudRisTek juga mengambil kebijakan-kebijakan baru yang buat kami sangat menggembirakan: dihapuskannya UN dan diberlakukannya kurikulum yang berpijak pada konsep Merdeka Belajar. 

Kembali ke Sederhana, Kontekstual dan Mendalam, pertanyaan yang banyak muncul dari kakak adalah:" Seberapa mendalam pembelajaran yang perlu difasilitasikan?". Pertanyaan ini sangat valid - dan sangat bisa dipahami - sekaligus juga tidak mudah dijawab. Setelah beberapa diskusi dan perenungan, jawabannya muncul dari beberapa kepingan pemahaman. Pertama adalah dari pendekatan Active Learning - yang pada dasarnya memberikan ruang seluas mungkin bagi anak untuk menggulirkan pembelajarannya. Dengan sendirinya pemahaman ini bisa menjawab pertanyaan di atas. Sejauh mana? Seberapa mendalam? Jawabannya dari pertanyaan anak. Sesederhana itu. Kita bisa membaca kedalaman pemahaman anak dari pertanyaan-pertanyaan mereka... 

Inspirasi kedua muncul saat saya menonton salah satu video youtube - persisnya yang mana saya sudah tidak ingat. Video itu berkisah tentang masa kecil Einstein. Videonya sendiri sangat singkat - tapi membawa insight (apa ya bahasa Indonesianya?). Singkatnya, video itu bercerita bahwa temuan Einstein mengenai Teori Relativitas - yang bermula dari pertanyaan yang dimunculkannya sejak ia berusia 10 tahun. Pertanyaannya begini: "Kalau saya mengendarai sepeda dan melaju dalam kecepatan cahaya, lalu menyalakan lampu sepeda saya, apakah lampu sepeda saya akan terlihat?"...

Luar biasa ya... itu pertanyaan Einstein saat dia di usia SD. Tapi kalau ditelaah lebih jauh, pertanyaan itu adalah pertanyaan yang mendefinisikan jati diri Einstein - dan memandu dia jangan-jangan dalam seluruh perjalanan hidupnya. Jangan-jangan seluruh hidupnya didedikasikan Einstein untuk mencari jawaban atas pertanyaan itu. Kita tahu bahwa Hukum Kekekalan Enerji berhasil dirumuskan Einstein - kalau tidak salah di usianya yang menjelang 70 tahun. Kita juga tahu bahwa rumusan ini telah memandu begitu banyak perjalanan eksplorasi dunia sains modern sampai ke berbagai temuan terkait mekanika kuantum di jaman ini. 

Jadi ya, begitu pentingnya pertanyaan kita, pertanyaan anak-anak kita, akan segala sesuatu. Pencarian kita akan jawabannya akan memandu kita di dalam perjalanan hidup kita. Sebegitu pentingnya bertanya... 

Sudah lama Semi Palar memandang bahwa pertanyaan anak adalah penting, tapi seberapa jauh kepentingannya, baru sekarang-sekarang ini kita pahami betul - karenanya kita melakukan berbagai upaya fasilitasi untuk membawa proses bertanya ini ke arus utama pembelajaran anak-anak dari hari ke hari.  

Menutup esai ini, saya ingin mengutip pertanyaan Keona, yang juga difavoritkan teman-temannya di kelompok Ular Tangga - beberapa hari yang lalu. Keona bertanya: "Bagaimana aku mencari tujuan hidupku di dunia ini?" WOW... Teman-temannya pun berkomentar, wah "pertanyaan Keona dalem tuh!" Ya, tepat sekali. Mudah-mudahan pertanyaan ini betul-betul bisa memandu teman-teman di Smipa untuk menemukan tujuan dan makna hidup mereka masing-masing. Salam Smipa.