AES006 Sanghyang Heuleut
Linda Djuanda
Thursday October 7 2021, 10:34 PM
AES006 Sanghyang Heuleut

#LANGKAH6 Berjalan menyusuri bukit menuju Sanghyang Heuleut di Bendungan Saguling

.

Seperti biasa hari Jumat itu setelah selesai dengan kelas private di sebuah co-working di daerah Dago, kegabutan melanda.Scrolling scrolling tempat wisata alam di area bandung dan sekitarnya, pencarian saya terhenti ketika menemukan nama Sanghyang Heuleut di Kabupaten Bandung Barat. Setelah check bensin full dan uang cash hanya 30rb, saya memacu motor beat kesayangan ke arah pasupati untuk kemudian terus melaju ke arah barat menuju pasteur, cimindi dan hingga sampailah di kawasan Kota Baru Parahyangan. Terus saya melaju dengan pasti kearah barat, menuju Padalarang. Cuaca agak pana siang itu,ditambah pakaian yang saya rasa agak tebal dicuaca sepanas itu. Setelah sempat berputar - putar karena signal maps yang ga stabil, tibalah saya memasuki kawasan Waduk Saguling. Itu kali pertama saya kesana. Panas iya, tapi semilir angin juga sedikit menyegarkan. Tanpa papan penunjuk jalan yang jelas, saya terus menyusuri jalanan yang kiri kanan nya hanya berupa perkebunan atau tepian hutan. Saya menikmati setiap langkah menuju ke Sanghyang Heuleut.



Sanghyang Heuleut memiliki arti yang unik. "Sanghyang" berarti sesuatu yang dianggap suci, dan "Heuleut" berarti jeda, batas sesuatu atau waktu. Dalam bahasa Sunda kuno, sebutan "Sanghyang" ditujukan untuk menghormati seseorang atau sesuatu yang dianggap suci atau memiliki kekuatan supranatural.




Tak heran, warga setempat percaya bahwa Danau Sanghyang Heulet kerap dijadikan sebagai para bidadari menyucikan dirinya dan mandi. Bukan hanya karena namanya yang indah dan menunjukkan sisi magis saja, tetapi juga karena lokasinya yang tersembunyi dan terpencil.







Sanghyang Heuleut berlokasi di Rajamandala Kulon, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat. Letaknya tak begitu jauh dari PLTA Saguling. Namun untuk bisa sampai ke sana, kamu membutuhkan kondisi tubuh yang prima.




Sebab medannya cukup curam dan didominasi bebatuan. Apabila hujan turun, bebatuan ini akan terasa sangat licin. Karena itu, akan lebih baik jika kamu datang pada musim kemarau. (Kumparan.com)


Sesampainya di area parkir, dengan membayar karcis sebesar 15rb, saya mulai berjalan menyusuri bagian dari bendungan Saguling. Terdapat dua pasangan muda mudi yang berjalan didepan saya, tertawa cekikikan saling bergandengan tangan (dan saya seperti obat nyamuk dibelakang). Menyusuri dua pipa kuning yang melintang diatas kepala, sedikit ngeri bagi saya bagaimana apabila pipa pipa ini pecah diatas kepala saya. Entah saya akan hanyut kemana. Sudahlah, lanjut menaiki anak tangga yang tidak begitu tinggi namun tetap membuat lutut gemeteran saya mulai melangkah dijalan setapak yang dikiri dan kanan nya terdapat perkebunan pisang milik warga. Saya berhasil mendahului kedua pasangan muda mudi tadi. Sekilas saya dengar salah satu perempuan nya berkata "Aa, ieu nyeri kaki na", dari sudut mata saya mengarah kekaki gadis tersebut. Ya Tuhan, dia mengenai heels dan berjalan ditepian hutan seperti  ini. Entah bagaimana pikirannya, saya saja yang mengenakan sepatu kets, sedikit kurang nyaman lah ini pake heels...ampun dehhhh.

Tinggal saya sendiri menyusuri tepian hutan, suara keresak keresek mulai menghantui, agak ngeri bila membayangkan berjalan sendirian di tepian hutan yang saya tidak tahu dengan baik. Tapi selalu dalam hati saya berkata, Kita jaga Alam maka Alam menjaga kita dengan baik. Entah berapa lama saya berjalan. Satu jam mungkin atau lebih saya tidak tahu persis. Mulai kembali terdengar suara suara manusia berbicara satu sama lain, kemudian gemericik air juga terdengar. Saya semakin bersemangat melangkah hanya saja, celana jeans yang saya kenakan mulai membuat rasa tidak nyaman. (PERINGATAN : KALO HIKING JANGAN PERNAH PAKAI JEANS). Sesampainya saya disana, saat hendak mengambil beberapa spot untuk foto saya sadar, baterai Hp hanya tinggal 10%....Ahhh sungguh nyesek rasanya. Sudah jauh jauh, tapi tidak bisa mengambil banyak gambar karena baterai lowbatt itu rasanya sesuatu banget deh.... Sedikit penasaran dengan lokasi Sanghyang Tikoro dan Sanghyang Poek yang banyak disebutkan di google namun tidak berhasil saya temukan karena saat itu waktu sudah menunjukkan pukul 14.00. Saya sudah harus kembali ke parkiran dan bergerak pulang ke rumah. Oh iya, tadi ingat kan saya hanya membawa uang cash sebesar 30rb ? Setelah membayar tiket 15rb, kemudian saya membeli 2 buah botol air mineral seharga 10rb, berarti sisa uang cash yang saya pegang hanya 5rb. Saya teringat bahwa seharian ini saya belum makan nasi sehingga perasaan semakin tak keruan karena perut yang mulai keroncongan minta diisi nasi. Ok ok...saya bergegas pulang, kembali menyusuri jalansetapak ke arah parkiran, namun saya merasa keheranan karena jalan yang saya lalui berbeda, dimana jalan setapak tidak begitu jelas dan tertutup dedaunan kering dan tumbuhan liar. Hingga saya tiba di aliran sungai yang agak kering namun terdapat tebing batu dan gua menganga tepat dihadapan saya. Inikah gua Sanghyang Poek yang banyak disebut ? Sejenak saya berhenti, dan seperti disesatkan, mundur dan sedikit menarik nafas kemudian berbalik menyusuri jalan yang tadi saya ambil. Terimakasih Tuhan, terdengar kembali suara manusia berbicara, saya mempercepat langkah hingga sampai ditempat yang terdapat beberapa saung dan muncul lah satu dua orang yang tadi saya dengar suara nya. Nampaknya mereka hendak kembali juga ke parkiran. Dan saya pun mengikuti mereka, berupaya tetap bersama mereka agar tidak lagi tersesat. Mulai dari langkah saya ke Sanghyang Heuleut inilah saya mulai mempersiapkan segala sesuatu dengan baik, terutama bekal makanan minuman serta pakaian yang nyaman dikenakan saat hiking. Saya pun belajar untuk tidak panik saat tersesat, menarik nafas sejenak, memundurkan langkah dan menutup mata sejenak kemudian kembali ke jalan semula menjadi hal yang saya lakukan jika nyaris tersesat. Karena dalam beberapa cerita #LANGKAH selanjutnya tak jarang saya nyaris tersesat di hutan atau disesatkan oleh sesuatu yang ada bersama kita. Setiap kali saya merasa 'disesatkan' saya selalu meyakinkan diri untuk kembali, memohon alam mengembalikan jalan saya karena saya berada ditempat tersebut bertujuan baik untuk tadabur alam.