AES002 Mindfulness
Sanya
Tuesday October 1 2024, 6:12 PM
AES002 Mindfulness

Review film pendek slice of life dengan sinematografi top notch tentang kehidupan Hidayama-san. Seorang laki-laki usia paruh baya yang bekerja sebagai cleaning service memaknai hidup.

Sebetulnya film ini relate dengan kehidupan kita sehari-hari. Rutinitas monoton, kesepian, jauh dari keluarga dan teman karena terpisah waktu. Begitulah menjadi orang dewasa, menjalani hidup karena rutinitas atau menjalani rutinitas karena hidup?

Lalu pertanyaannya:

Apa yang membuat Hidayama-san bisa selalu tersenyum dipagi hari saat bangun tidur?

Bagaimana bisa Hidayama-san tidak merasa kesepian?

Menurut POV-ku sebagai reviewer amatiran banyak hal menarik disini untuk diulas.

Hidayama-san memiliki morning routine yang bagus dalam kondisi apapun pasti membereskan tempat tidurnya, merapikan barang-barangnya, rumahnya rapi tertata. Dia tidak menunda-nunda pekerjaan. Setelah hari panjangnya ia akan kembali ke rumah yang nyaman untuk ditinggali. Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi hari ini. Apakah akan pulang dengan hati gembira atau sebaliknya? Hidayama-san menyukai kerapian. Setidaknya walaupun pulang dengan pikiran berantakan, rumahnya masih lebih teratur dibandingkan dengan masalahnya.

Hidayama-san memiliki work ethic yang baik. Semua pekerjaannya ia kerjakan dengan sungguh-sungguh. Tidak ada rasa malas, selalu melakukan yang terbaik, menjadikan pekerjaannya sebagai kebanggaan pribadi. Terlihat dari kesungguhannya membersihkan toilet walaupun tidak ada bos atau orang lain yang menilai, dia sungguh bekerja untuk kepuasan dirinya sendiri bukan untuk orang lain. Semua pekerjaan itu sama bukan? Akan menjadi rutinitas bagi pelakunya. Sesederhana apapun pekerjaan, sekompleks mungkin pekerjaannya tetap rutinitas yang akan kita kerjakan sampai masa pensiun nanti (kalau pensiun). Bagaimana dengan kita? Untuk siapa kita bekerja? Apakah untuk diri sendiri? Apakah untuk orang lain? Jangan sampai kita mengatasnamakan bekerja untuk keluarga karena menutupi rasa bersalah kita, bekerja tidak kenal waktu untuk mencari validasi dari orang lain.

Hidayama-san memiliki hobi. Kadang kita melupakan apa kesenangan kita. Rutinitas membuat kita lupa siapa diri kita. Apa hal yang membuat kita bahagia. Sepertinya banyak yang bekerja keras untuk healing, tetapi setelah kembali bekerja tetap merasa stres. Padahal menyelipkan sedikit waktu untuk hobi kita adalah healing terbaik. Live my life now. Belum ada jaminan besok kita masih hidup kan?

Hidayama-san dapat menangkap sinyal semesta. Cuaca cerah, mendengarkan obrolan pasangan muda, bersepeda, duduk beristirahat, menolong orang lain, membuatnya bahagia. Dia dapat berdiam diri sejenak merasakan energi semesta. Hal ini terpancar dari koleksi fotonya. Hal random di sekitarnya memberikan energi positif. Kapan terakhir kita berdiam diri sejenak, merasakan keadaan di sekitar kita? Merasakan diri kita sendiri? Rasanya pikiran kita terus bekerja tanpa istirahat. Overthinking. Cobalah berdiam diri. Melatih waktu hening bisa membantu kita mengistirahatkan pikiran kita dan menerima energi dari semesta.

Hidayama-san tidak terpapar media sosial. Selain faktor usia dan masalah ekonomi tapi sepertinya ia memilih untuk tidak memiliki perangkat elektronik. Arus cepat media sedikit banyak berpengaruh terhadap otak kita. Hidup dijaman yang serba cepat seringkali membuat kita ketakutan. Bahasa kerennya YOLO (you only live once) dan FOMO (fear of missing out) sedangkan Hidayama-san memilih kebalikannya yaitu slow paced living, dia memilih slow down, doing less dan memprioritaskan waktu senggangnya untuk membaca, makan dengan tenang, menggunakan sepeda sebagai alat transportasi harian. Mungkin sulit untuk kita meninggalkan ini tetapi sedikit pengalaman dari saya, sudah 1 tahun lebih saya puasa posting dimedsos long story short dampaknya positif banget.. mungkin nanti dibagikan pada kesempatan menulis lain hehe.

Overall, Hidayama-san adalah kita, manusia biasa yang ingin hidup dengan ketenangan batin ditengah-tengah sibuknya dunia. Manusia yang masih memiliki api sebagai spirit hidup. Bersinarkah api kita? Apakah sudah mulai meredup tertutup asap rutinitas?

Menyambung juga dari tulisan Kak Andy “AES671 MUSHIN - Ikhtiar Memahami Mindfulness

Saya rasa tema mindfulness ini adalah perasaan menerima, menyadari berbagai hal kecil, rutinitas harian yang konsisten, pola pikir positif yang diterapkan sehari-hari untuk kita sebagai manusia dengan sadar tetap menjaga spirit hidup.

Sebagai catatan, mindfulness adalah salah satu praktik manajemen stres individu yang dapat kita lakukan sehari-hari untuk menurunkan stres. Kebetulan ini adalah salah satu materi tesis yang sedang saya kerjakan. Kalau ada yang tertarik membaca jurnalnya nanti saya share ya

matheusaribowo
@matheusaribowo   6 days ago
Menarik sekali Bu Sanya. Penasaran referensi bukunya. 🙏😊
seira
@sanya   5 days ago
Wah dikomen Kak Mamat😁
Belum ada referensi bukunya sih tapi baca dari artikel-artikel jurnal penelitian aja buat menunjang penelitian hehe