AES043 Mata
yulitjahyadi
Wednesday October 6 2021, 7:16 PM
AES043 Mata

Bagaimana kalau ternyata ini semua adalah tentang penglihatan atas yang tak terlihat? Atau tentang kemampuan melihat atas yang tak kelihatan? 

Hhmmm...mari menghela napas dulu sejenak...

Hari ini aku merasa ada banyak ide berseliweran untuk dituliskan, namun syair lagu yang kudengar membuatku berhenti bekerja untuk segera menulis ini.

...Walau ku tak dapat melihat semua rencanaMu Tuhan, tapi hatiku tetap memandang padaMu, Kau tuntun langkahku...

Gadis kecil yang menyanyikannya memang benar-benar tak dapat melihat. 

...Walau ku tak dapat berharap atas kenyataan hidupku, namun hatiku tetap memandang padaMu, Kau ada untukku.

Napas dulu..

Mata, lagi-lagi ia muncul dalam bentuk kepingan lain lewat lagu tadi. Buatku itu bukanlah suatu kebetulan. Di waktu yang energinya terasa sangat intens seperti new moon hari ini, itu lebih terasa seperti pesan yang mengetuk-ngetuk pintu dan meminta segera dibuka untuk dilihat apa isi kotak di dalamnya. 

Mata adalah indera penerima yang menjadi representasi elemen api di alam mikrokosmos kita, sementara indera penggeraknya adalah kaki. Mengapa mata dan kaki yang menjadi wakil dari api?  Pemahaman sederhananya begini, api adalah elemen pertama yang bisa terlihat, dan ketika mata menerima informasi tentang api, maka respon yang dikirimkan adalah menggerakkan kaki untuk mendekat atau menjauhi api. 

Sementara dalam susunan Chakra, api berada di center, di tengah-tengah tubuh dengan nama Manipura Chakra sebagai simbol kekuatan diri. I stand in my power begitu salah satu kalimat afirmasinya. Maka willpower, kekuatan kehendak adalah perwujudan dari unsur api dari diri. Kemampuan mewujudkan sesuatu atau effort adalah representasinya, karena api adalah satu-satunya elemen yang hanya bisa hadir ketika ada usahanya. 

Jika semangat seseorang dapat terbaca dari sinar di matanya, sama seperti kelesuan seseorang tatkala sakit dalam matanya yang redup, maka benar kata William Shakespeare bahwa mata adalah jendela jiwa, the eyes are the window to your soul. 

Kalau api yang menyala di dalam diri dapat terpancar keluar melalui mata, maka begitu pula sebaliknya, bahwa apa yang masuk melalui mata will feed the fire. Bryann pernah menulis di salah satu esainya bahwa 80% informasi yang masuk ke otak diterima oleh mata. Informasi yang masuk dari mata juga akan mempengaruhi willpower. Maka sebenarnya makanan kita tak hanya sesuatu yang masuk melalui mulut namun juga yang masuk melalui mata dan indera lainnya.

Guruku pernah mengatakan bahwa apapun yang kita hasilkan dalam bentuk materi dan jadi tabungan duniawi adalah hasil pertukaran dengan tabungan energi atau Qi yang kita miliki. Jadi jika dibayangkan api itu dapat menyala, bekerja dan mengubah sesuatu karena adanya bahan bakar, maka harus diketahui pula bahwa ada limit ketersediaan bahan bakarnya.

Keseimbangan sesungguhnya hanyalah tentang sebuah keberadaan yang secukupnya. Pas di tengah-tengah, kira-kira begitu jika dibayangkan lewat papan jungkat jungkit. Namun karena keseimbangan bukanlah suatu kondisi yang statis, melainkan dinamis, selalu berubah dan bergerak, maka tak apa-apa juga bila sesekali kita bergerak mengarah ke salah satu ujung-ujungnya, asalkan selalu tau kapan waktunya untuk kembali ke tengah. 

Api yang bermanfaat pastilah api yang pas sesuai dengan kebutuhannya. Tidak semata-mata api yang membara berarti adalah api yang baik, terang api lilin kecil pun baik jika hadir sesuai kebutuhan di saat yang tepat. 

Maka benarlah bahwa keseimbangan hadir dari kemampuan melihat yang tak kelihatan, dari sesederhana memejamkan mata dan dari mengecilkan api yang menyala.

Menyadari apa yang kita makan dari mata dan korelasinya dengan apa yang lantas jadi laku kita karenanya adalah bentuk keterhubungan yang bisa diusahakan dengan api dalam diri kita. Menyadari kapan saatnya kehendak diri dibutuhkan dan kapan saatnya melepaskan usaha untuk mempersilakan kehendakNya yang terlaksana adalah bentuk usaha mencapai keseimbangan.

Soften the eyes, relax the gaze...