Akhirnya aku mencapai tulisan ke-100 di ririungan. Sebuah pencapaian yang bikin aku merasa seperti pemenang kuis, meskipun hadiahnya cuma rasa bangga sendiri. Tapi untuk tulisan kali ini, aku nggak akan bahas soal angka seratus. Sebagai gantinya, aku mau cerita tentang sesuatu yang lebih mistis: tarot.
Jadi kemarin di Jakarta, ada satu hal yang menarik perhatian kami. Di tengah hiruk-pikuk mall yang penuh dengan promo akhir tahun, ada sebuah stan tarot berdiri dengan percaya diri. Bayangin di antara toko baju diskon dan stand makanan, ada meja kecil dengan tumpukan kartu tarot. Nggak biasa, kan? Tapi ya mungkin itu daya tariknya.
Karena penasaran (dan mungkin bosan setelah muter-muter mall), kami memutuskan untuk mampir dan mencoba. Lagian siapa yang nggak penasaran soal masa depan, kan? Kalau kata temenku, “Sekali-kali kita tanyain nasib sama kartu, siapa tahu dapet bocoran hidup.”
Aku pun duduk di depan pembaca tarot itu, dan pertanyaanku cukup serius: “Apakah aku harus mengikuti kata mamiku untuk masuk hukum, atau mengikuti hatiku untuk memilih IT?” Dalam hati aku merasa ini seperti main tebak-tebakan, tapi siapa tahu jawabannya bisa membantu.
Pembaca tarot itu mulai mengocok kartunya, sambil senyum misterius. Setelah beberapa detik yang terasa lebih lama dari antrean kasir supermarket, dia meletakkan kartu di meja dan berkata:
"Itu keinginanmu. Tapi kamu harus turuti kata ibumu. Kalau mau IT, tolong yakinkan ibumu."
Jawaban itu terasa seperti pelajaran diplomasi dadakan. Intinya aku boleh memilih, tapi tetap harus bikin mami setuju. Dan ya, mungkin itu masuk akal. Lagian kalau aku langsung bantah, itu sama aja kayak ngajak debat mami yang kemungkinan besar bakal aku kalah.
Lucunya sebenarnya aku punya pertanyaan lain yang lebih menggelitik: “Jodohku kapan datengnya?” Tapi aku nggak berani nanya itu. Bayangin aja kalau aku tiba-tiba nanya soal jodoh, dan keluargaku di belakang langsung pada ribut, “Cieee, pengen pacaran nih!” Rasanya nggak siap mental untuk digoda seperti itu. Jadi ya sudah, aku simpan pertanyaan itu untuk lain waktu.
Setelah sesi tarot selesai, aku sadar bahwa terkadang kita sebenarnya udah tahu jawabannya tapi kita tetap butuh orang (atau kartu) untuk mengonfirmasi. Tarot itu seperti cermin: dia nggak benar-benar kasih jawaban baru, tapi dia bikin kita lebih yakin sama pilihan yang ada.
Jadi, buat kalian yang masih ragu-ragu soal masa depan, mungkin sesekali coba tarot. Kalau nggak dapat jawaban yang jelas, minimal kalian dapat pengalaman unik buat diceritain. Dan kalau mau nanya soal jodoh? Pastikan nggak ada yang bisa cie-cie kalian, ya.
🥕 kalau ga carrot bisa juga cabbage 😁
Hihihi 😂