AES 0116 Puncak Burangrang
Flavius
Thursday January 9 2025, 7:26 PM
AES 0116 Puncak Burangrang

Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Adrien bangun dan pergi ke luar.

Adrien keluar untuk melihat sunrise membangunkan aku dan Yanuar untuk turut ikut menikmati pemandangan luar biasa itu. Aku menyusul Adrien keluar bivak menggunakan sendal gunung Yanuar, entah apa saja yang aku pikirkan saat itu tapi aku sangat bahagia telah melalui perjalanan yang luar biasa kemarin harinya. Rasa bahagia itu terus berlanjut karena aku Yanuar dan Adrien tidur lagi dengan nyaman sampai sekitar pukul 09.00 untuk beberes packing barang-barang kami. Kesempatan itu aku gunakan menjelaskan teknik yang aku pakai untuk mendirikan bivak tersebut, "to-do list" lagi yang tercentang, biar berbeda sama camping trip orang lain biasa aku selalu berusaha berbagi ilmu jika pas waktunya.

Setelah sarapan cereal coco crunch, dan akhirnya beres packing semua, kami berangkat untuk menuruni gunung. Selama turun gunung kami masih seru asik banyak ngobrol panjang lebar. Ditengah perjalanan ke pos 4 kami bertemu pohon tumbang yang penuh dengan angrek. Perjalanan ke pos 4 cukup sulit, medannya luar biasa curam dan licin, kanan kiri langsung jurang. Sempat ada sedikit gerimis kami sedikit tertipu sudah panik mengeluarkan jas hujan. Perjalanan dari pos 4 ke pos 3 tidak jauh berbeda, medan masih cukup curam dan licin, dari pos 3 ke pos 2 adalah jarang yang dirasa paling jauh walaupun medan tidak se ekstrim sebelumnya dan tidak di apit oleh jurang kami tetap berhati-hati berjalan pelan mengikuti langkah Yanuar guide kami. Pos 2 ke pos 1 jaraknya dekat, dibanding jalan di pos lain kalo ini mah gak ada apa-apanya lah. Melewati 2 terowongan rerumputan, banyak istirahat, terpeleset 7 kali dan tipuan hujan 3 kali akhirnya kami sampai di pos masuk dengan selamat.

"Dan akhirnya telah resmi menamatkan game Burangrang!" refer kembali waktu pulang perjalanan Sumba hahaha. Rasanya campur aduk, bangga, sedih, senang, tapi kebanyakan bersyukur. Aku yang tadinya udah gak kuat jalan belum sampai pos 1, bisa berjalan ke puncak. Belum sehari kami sudah mengenang kejadian malam itu sambil buat kopi, mie goreng, dan makan siang spaghetti di "warung" pos masuk. Foto terakhir diambil, kami pulang mengira petualangan sudah beres, eh tiba-tiba google maps Yanuar malah ngarahin ke jalan yang ekstrim terjal licin dan pinggirnya kebon orang lagi, bahkan motorku tisoledat berkali-kali membuat kami harus berhenti dan Adrien yang dibonceng turun, belum lagi motor Yanuar ban belakangnya kempes. Kami selamat, hanya kaki ku terjerobos ke lumpur membuat motor oleng ke kanan memeluk tebing tanah basah hahaha. Menurutku seru-seru aja tapi Yanuar ketakutan sekali sampai tangan dan kakinya bergemetar tremor parah. Perpisahan kami tidak begitu dramatis, Adrien diantar ke rumahnya lalu aku dan Yanuar pamitan di Pasteur.

"Asik ga Yan?" aku nanya berkali-kali ke Yanuar, karena malam itu ia kelihatannya menderita kedinginan dibawah hujan. Jawabannya diluar dugaanku, katanya asik lah, memang sengaja ikutan, hp lowbat, gabawa powerbank karena mau camping ini dijadikan momen untuk kita bertiga bonding. Iya ya, bahkan aku jadi sadar juga camping trip ini bukan sembarang naik gunung, tidur di puncak dan pulang. Mendasar sekali motivasinya, kesempatan untuk bonding. Tidak terasa yang mungkin bagiku dan Adrien camping biasa, bagi Yanuar momen ini adalah momen spesial baginya. Mungkin saat itu tidak begitu terasa namun saat itu adalah saat kami membuat cerita untuk diceritakan pada anak cucu kami. Sambil ketawa-ketawa mengejek Mikha yang kehilangan satu cerita luar biasa, kami semua menyetujui mengganguk-angguk.

Sepertinya Adrien dan Yanuar adalah teman yang patut diperjuangkan sepenuh tenaga supaya tidak terputus tali silahturahmi kita 1, 10, 50 tahun ke depan. Teman sekolah, teman seperjuangan, teman seumur hidup. Kalo kata orang "People come and go", kata kita "people come and stay".

Ayo tulis cerita lagi, Gunung apa lagi ya? kali ini Mikha dicoba ajak lagi ga wkwk. tomat sama dien pantalang.