AES070 Insomnia
Sanya
Sunday January 12 2025, 2:32 PM
AES070 Insomnia

Hari ini tepat seminggu kami sekeluarga pulang kembali ke Bandung. Sudah seminggu pula, kami khususnya orang dewasa ini mengalami kesulitan menyesuaikan ritme tidur kami. Anak-anak minggu ini memang masih pekan liburan jadi kami masih menginap di rumah orang tuaku, jadi periode insomnia berjamaah ini kami alami bersama-sama.

Hari pertama kami serempak keluar kamar sekitar pukul 02.00. Akhirnya kami mengobrol, ngemil sambil membereskan barang bawaan yang masih berantakan. Padahal sebelumnya kami semua masuk kamar pukul 20.00, tidur untuk membiasakan lagi jam tidur kami yang berubah dimasa liburan kemarin. Hari ketiga aku dan Fajrin masih mengalami hal yang sama pada jam yang sama. Kali itu kami sepakat tidak keluar kamar dan memegang gawai tapi nyatanya kami belum dapat terlelap sampai subuh pun bergitu dengan anak-anak yang masih kesulitan mengatasinya. Hari kelima aku dan Fajrin mencoba kembali berolahraga dengan battery health 50%, kembali ke lapangan mengangkat mood kami, namun tampaknya koordinasi mata dan gerakan kami belum sesuai. Durasi 3 jam entah berapa kali kami membuang bola keluar lapangan. Sungguh sebuah tantangan.

Tidur pukul 22.00 lalu terbangun pukul 02.00 tidak ada rasa kantuk sama sekali sampai matahari terbit, lanjut beraktivitas seperti biasa setelah makan siang rasa kantuk datang tapi kucoba tetap terjaga agar malam hari bisa tidur nyenyak, mencoba tidur dari pukul 21.00 dan siklus seperti ini sudah kulakukan sejak hari pertama. Namun nihil.

Periode insomia berjamaah ini masih berlangsung sampai tadi malam, rasanya hal itu sudah merubah moodku. Rasa capek yang terus bertambah akibat kekurangan tidur, napsu makan sudah berkurang jauh, bangun dari tempat duduk membuat badanku terasa ringan dengan pandangan yang tiba-tiba berubah gelap. Lucunya saat ini sebenarnya aku mengetik dengan banyak sekali typo yang harus diperbaiki karena koordinasiku semakin kacau.

Bagaimana dengan yang lain?

Ayah dan kakakku keseleo karena terpeleset. Saat ini mereka kompak memakai bantuan tongkat untuk berjalan. Fajrin kadang bicara tidak nyambung, sampai kami tertawa karena kekonyolan kami. Belum lagi dia merasakan hal yang persis sama denganku. Namun adiknya Sei mendapat konsekuensi yang paling fatal sejauh ini. Gangguan tidur pada anak balita sangat berbahaya, koordinasinya menjadi kurang optimal dan membuatnya hilang keseimbangan saat bermain, berakhir ke IGD untuk mendapatkan 3 jahitan. Awal tahun yang menyedihkan. Total chaos.

Dari semua kekacauan ini anehnya ibuku yang tidak terkena covid tidak mengalami apa-apa. At all, sama sekali. Sejak hari pertama dia bisa tidur pulas. Keponakan ku juga, si paling kecil dikeluarga kami tidak turut serta dalam kekacauan ini memang lahir setelah pandemi berakhir. Sepertinya begitu, covid mengacaukan kemampuan adaptasi siklus sirkadian kami. Tubuh kami menjadi kurang responsif terhadap adaptasi perubahan zona waktu. Begitulah kira-kira cocoklogiku ditengah kekacauan ini.

Saat ini aku butuh kambing hitam untuk disalahkan, kekesalanku sudah mencapai batas karena hal seperti ini sebelumnya tidak pernah terjadi sebelum covid. Ya ini semua salah covid!