Topik basa basi pernah jadi trending, yang dibahas adalah mengenai pertanyaan-pertanyaan yang dilemparkan menjurus ke ranah privasi. Terbukanya jaman sekarang dengan teknologi yang tak kenal batas ini juga menjadi salah satu hal yang perlu diwaspadai, tak jarang membuat kita merasa was-was ketika orang asing membuka obrolan dengan pertanyaan.
Akrab tidak dengan pertanyaan seperti ini,
Namanya siapa?
Kerja dimana?
Sudah menikah?
Punya anak berapa?
Rumah dimana?
Yada yada.
Pertanyaan semacam itu sudah menjadi template pembuka perbincangan. Kalau dilihat-lihat itu adalah template pertanyaan status demografi macam sensus yang kurang lebih jawabanya sudah tertera di KTP masing-masing. Tapi tidak mungkin kan kalau ada yang berbasa basi kita menunjukkan KTP sebagai jawabannya hahaha
Nah kenapa orang-orang membuka perbincangan dengan model demografi tersebut? Yah sepertinya mencari kesamaan. Ibaratnya orang yang tak saling kenal akan pedekate alias mencari kesamaan makin banyak kesamaan perbincangan akan semakin mengalir, membuka pintu untuk menanyakan hal yang sesungguhnya akan ditanyakan bahkan mendapat relasi baru.
Seperti bertanya namanya siapa, umum lah paling superfisial. Masa iya ngobrol tanpa mengetahui lawan bicara. Walaupun untukku setelah bicara panjang lebar kadang aku lupa namanya akhirnya memanggil dengan panggilan aman saja, pak/bu/kak hahaha
Kerja dimana, jika satu profesi ada kesempatan lebih besar untuk ngobrol lebih terarah, kalau tidak ya akan dilempar ke orang terdekat yang memiliki pekerjaan yang sama dengan lawan bicaranya. Bisa juga melihat prospek jangka panjang karier orang tersebut kalau sedang mencarikan jodoh untuk anaknya mungkin. Betul apa betul?
Rumah dimana, sama saja dengan pertanyaan seputar demografi sebelumnya, mencari kesamaan tempat tinggal. Biasanya orang cenderung lebih mudah akrab dengan saudara sekampung atau sedaerahnya. Bukan begitu?
Sudah menikah, nah ini pertanyaan paling offensive untuk kebanyakan orang. Status pernikahan. Setelah menilik pertanyaan-pertanyaan sebelumnya tipe mak comblang akan bertanya hal ini, bisa jadi peri cinta yang menjadi khodam orang tersebut tak kuasa menahan dorongan untuk bertanya.
Punya anak berapa, ini juga tak kalah offensive apalagi pada pasangan yang belum dikaruniai atau yang memiliki anak banyak. Berkaca pada penanya yang biasanya sudah berumur dan memiliki banyak saudara pertanyaan macam mungkin hal yang biasa menurut mereka. Siapa tahu mencari relasi yang hilang?
Terlepas dari si penanya kemudian menjadikan basa basi ini sebagai adu nasib atau ajang adu pencapaian ya kita kembalikan lagi pada niat awal mereka. Pun juga dengan prasangka kita sebagai orang yang ditanya. Kalau kita sudah negatif pasti prasangka yang muncul juga negatif begitu juga sebaliknya. Begitu sih menurutku. Yang jadi soal adalah tidak semua orang pandai berbasa basi, itulah uniknya manusia, beragam.
Bagaimanapun kita tidak dapat mengontrol apa yang ada diluar diri kita, reaksi kitalah yang bisa kita kendalikan. Jadi dibawa santai saja.