Manusia telah menciptakan berbagai teknologi yang dapat memudahkan pekerjaan mereka di kesehariannya. Salah satu teknologi yang berkembang dengan sangat pesat pada abad 2000 an adalah Artificial Intelligence (AI), alias Kecerdasan Buatan.
Secara umum, AI adalah program yang memungkinkan komputer berpikir pintar seperti-atau lebih dari manusia. Dengan AI, komputer dapat berpikir, melakukan analisis, membuat keputusan, dan lebih banyak lagi untuk memecahkan masalah manusia. Seorang ahli matematika yang hidup pada masa perang dunia kedua, Alan Turing, adalah salah satu pelopor teknologi ini.
Salah satu cabang keilmuan dalam AI yang berfokus pada pengembangan kemampuan komputer dalam memahami gambar dan video layaknya manusia adalah: AI-Computer Vision atau biasa dikenal di Indonesia sebagai Komputer Visi.
Dengan adanya pandemi COVID-19, keberadaan teknologi Komputer Visi sangat bisa dimanfaatkan untuk membantu menurunkan jumlah penyebaran virus tersebut. Salah satu bentuk pemanfaatannya adalah dengan memantau ketertiban masyarakat dalam memakai masker dan menerapkan protokol kesehatan; layaknya suatu Satpam Komputer.
Secara garis besar, Komputer Visi dapat dikelompokkan ke dalam 6 kelompok pendekatan, yaitu:
Jenis Komputer Visi yang akan saya bahas pada tulisan ini termasuk dalam kategori Deteksi objek dan Klasifikasi citra.
Pak Nugraha Priya Utama, Dosen Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI) ITB, menyatakan bahwa proses penyusunan dataset untuk setiap model Komputer Visi itu berbeda-beda, tergantung dengan jenis (yang sudah disebutkan di atas) dan tujuan AI tersebut. Akan tetapi secara menyeluruh, yang dilakukan oleh beliau dan para peneliti Computer Vision adalah:
Nugraha Priya Utama Ph.D (wawancara daring 29 Agustus 2021).
Jika kita ingin membangun agen-AI yang mampu belajar sendiri, maka sejauh ini adalah dengan memberikan dataset sebanyak-banyaknya serta memberikan label pada dataset tersebut. Untuk deteksi pemakaian masker, proses pembangunan datanya sekitar 60% dari waktu keseluruhan pembangunan sistem-AI deteksi masker tersebut, jadi jika saya menyelesaikan pembangunan sistem deteksi masker selama 1 bulan, maka sekitar 2-minggu, dan itu dilakukan dengan bantuan dataset dari berbagai negara.
Sistem-AI akan mengetahui apakah orang yang tertangkap dalam kamera (yang tersambung dengan sistem-AI tersebut) menggunakan masker dengan baik atau tidak. Jika ada yang melanggar protokol kesehatan dengan tidak memakai masker, maka sistem-AI dapat mengambil foto atau momen pada saat orang tersebut melanggar protokol kesehatan. Dari hal itu, pengambil kebijakan dapat memberikan sanksi atau hal lain sesuai dengan peraturan yang telah ditentukan. Tidak hanya mendeteksi orang yang mengenakan masker, teknologi Komputer Visi ini juga bisa dimanfaatkan untuk mendeteksi jarak sosial dan kerumunan, mendeteksi suhu tubuh, serta mendeteksi aksi manusia (seperti batuk, bersin, dsb).
Sumber foto: Buku Artificial Intelligence di Masa Pandemi, (Pusat AI ITB PUI-PT AI-VLB 2021:39). Contoh hasil intervensi model-AI deteksi penggunaan masker wajah.
Dengan berkolaborasi bersama Prosa AI, Pusat Riset AI ITB telah melakukan proses monitoring masyarakat, membuat model untuk mengestimasi jarak antar manusia, serta menghitung jumlah manusia yang terekam di dalam maupun di luar ruangan menggunakan AI-Vision. Pak Utama dan timnya juga telah membuat model monitoring pergerakan manusia secara umum. “Harapannya, setiap pergerakan manusia yang terekam CCTV melalui model pergerakan manusia bisa kami ikuti dan melakukan tracing,” ungkapnya, dilansir dari artikel “Pusat Artificial Intelligence ITB Kembangkan Model AI-Vision untuk Monitoring Masyarakat Saat Pandemi COVID-19” tahun 2020.
Sumber foto: itb.ac.id
Teknologi AI-Computer Vision ini termasuk dalam level sistem pengawasan, jadi lebih ke arah apakah suatu tempat/wilayah/individu melaksanakan protokol kesehatan yang ditetapkan pemerintah atau tidak. Sehingga harapannya, dengan adanya sistem memantau ini, masyarakat menjadi patuh dan penyebaran COVID dapat terjaga. Maka dari itu, teknologi ini bisa dibilang berperan cukup penting dalam membantu mengurangi penyebaran COVID-19.
Akan tetapi, sayangnya untuk beberapa lokasi, kerumunan masih kerap terjadi di lapangan dan tidak sedikit pula yang masih enggan menggunakan masker dengan benar. Sehingga ada kecenderungan bahwa masyarakat kita masih sulit untuk mematuhi Protokol Kesehatan dengan baik. “Harapan kedepannya setelah kita makin paham betapa bahayanya COVID-19 ini, serta dengan adanya pemantauan dari CCTV dengan sistem-AI Computer Vision, masyarakat akan semakin patuh untuk menjalankan protocol Kesehatan dengan baik,” tutur Pak Utama dalam tulisan daring hasil wawancara kami.
Daftar Pustaka
Wah, bagus blognya Sar! sangat rapi dan pemilihan katanya bagus.