Sepulang merantau ke kota lain, si sulung jadi suka memasak. Entah dari mana asal mulanya. Mungkin justru karena ibunya tidak hobi memasak, dengan prinsip sekadar ada makanan dan sepraktis mungkin pula. Sementara si sulung suka makan, jadilah si sulung mencoba masak sendiri. Namun bila si sulung masuk dapur, tentunya si ibu senang sekali. Berbagai resep masakan dia coba. Mulai dari makanan warteg, tumis-tumisan, goreng-gorengan, makanan jajanan, mie tek-tek, sate, pasta, steak, udon, hingga berbagai menu yang namanya saja susah untuk ibu ingat.

Enak tentu saja, karena niat sekali kalau si sulung sudah mau buat sesuatu. Standarnya pun cukup tinggi. Isi dapur yang dulu seadanya, sekarang jadi banyak aneka bumbu dan bahan memasak. Hingga akhirnya mencoba menanam sendiri beberapa bahan yang sering digunakan seperti jahe, mint, lemon, bawang, sereh, cengek, dll. Senang sekali saat melihat tumbuh subur dan bisa petik bahan segar saat hendak masak. Pun ketika di kebun sebelah, ditanam sayur-sayur seperti waluh dan singkong, si sulung beberapa kali ikut panen. Pulang dari kebun sebelah dengan wajah sumringah lalu segera mengolahnya menjadi makan siang.

Yang pasti hampir semua masakannya padat rasa, lekoh. Memang berani dalam eksperimen rasa, teu asa-asa kalau menabur bumbu. Bila dibandingkan dengan masakan si ibu, pasti komentarnya kurang rasa ini atau itu.. haha. Pedas hampir selalu ada. Pedas cabe merah, pedas cengek, pedas jahe, pedas lada hitam, pedas bawang.. meski hampir selalu sampai bercucuran air mata saat mengupas dan mengiris. Yang pasti, si ibu suka sekali dengan sambal buatan si sulung. Bahkan si sulung sendiri pun tak sungkan memuji diri sambil nyengir, "Sambal aku memang enak" =D