AES 623 Pathways
joefelus
Monday February 6 2023, 12:59 AM
AES 623 Pathways

Saya baru saja selesai menonton film serial dari National Geography tentang Albert Einstein. Sebuah film dokumenter yang sangat menarik. Film serial ini diakhiri dengan dialog antara Albert Einstein dengan seorang anak kecil tentang "mempertanyakan". Einstein memulai semua keberhasilannya dengan banyak bertanya, bahkan ada sebuah kalimat yang selalu saya ingat sejak lama,"Learn from yesterday, live for today, hope for tomorrow. The important thing is not to stop questioning." Belajar dari kemarin, hidup untuk hari ini dan berharap untuk esok tapi yang paling penting adalah tidak berhenti bertanya. Ini sebuah ungkapan yang sangat dalam dan merupakan inti dari kehidupan.

Siapa yang menentukan jalan kehidupan kita? Apakah takdir kita? Apakah jalan kehidupan kita sudah ditentukan oleh Kuasa Yang Lebih Besar? Ataukah berdasakan pilihan atau kebebasan yang kita miliki? Apakah kita merupakan pemeran utama dalam menentukan tujuan hidup dalam semesta ini? Pertanyaan-pertanyaan ini terus menerus saya pertanyakan selama bertahun-tahun. Selama ini saya terus mempertanyakan tujuan hidup, bahkan saya sudah sering menulis tentang hal ini dengan jawaban yang tidak pernah sama.

Jika kita meyakini Kuasa Yang Lebih Besar, dalam hal ini untuk saya adalah Tuhan, maka kita percaya bahwa Tuhan yang bertanggung jawab atas penciptaan semesta dan segala sesuatu yang terjadi di dalamnya. Segala sesuatu yang terjadi dalam hidup merupakan kehendak Yang Kuasa. Tanpa berusaha murtad atau menghina atau mengecikan agama dan kepercayaan, jujur saja, sebagai manusia secara tidak terus terang kita mempertanyakan ini. Ini merupakan perjalanan iman kita, perupakan proses perjalanan spiritual. Mempertanyakan hidup, tujuan hidup, nasib dan takdir adalah merupakan sekian banyak proses pendalaman spiritual kita.

Fakta yang kita sudah ketahui bahwa kita tidak mempunyai kuasa akan dimana, kapan dan oleh siapa kita dilahirkan. Kita tidak punya kekuatan untuk menentukan siapa orang tua kita, dimana kita dibesarkan, dan apa yang terjadi di sekitar kita. Ini merupakan misteri yang harus kita terima. Pada awal kehidupan kita, segala sesuatu yang terjadi di sekitar kita merupakan hal yang tidak dapat kita kontrol. Tapi sedikit demi sedikit ketika kita semakin dewasa, kita merasa mulai memiliki kontrol untuk mengarahkan jalan kehidupan yang akan kita tempuh. Semua hal yang kita alami ketika kita mulai bertambah besar dan akhirnya menjadi dewasa merupakan serangkaian kejadian yang berawal dari apa yang kita lakukan, berdasarkan konsekuensi dari pilihan yang kita ambil. Tapi tetap semua itu berawal dari kondisi awal yang dianugerahkan pada kita ,seperti yang saya katakan barusan, yaitu tempat, waktu dan lingkungan dimana kita dilahirkan. Berawal dari sana lalu kehidupan kita mulai dibentuk dengan semua yang kita lakukan, pilihan-pilihan yang kita tentukan dan proses belajar dari peristiwa-peristiwa yang kita alami.

Saya lalu bertanya-tanya lagi. Apakah mungkin arah kehidupan kita itu merupakan kombinasi dari kehendak Yang Kuasa dan pilihan dari kebebasan kita? Bukankah ini merupakan sesuatu yang bisa kita renungkan?

Saya membayangkan begini. Andaikan takdir perjalanan saya berakhir di sebuah air terjun yang indah yang dikelilingi dengan pelangi yang terbentuk dari kabut percikan air terjun dan sinar matahari, lalu dalam perjalanan panjang yang saya lakukan, banyak sekali persimpangan jalan yang harus dipilih, ada yang harus melewati jalan kerikil yang tajam, padang pasir, padang rumput, hutan, bahkan jurang. Perjalanan tanpa peta ini harus saya lalui tanpa mengetahui persimpangan-persimpangan itu akan mengarahkan pada kondisi jalan dan pengalaman seperti apa. Saya harus menghadapi berbagai konsekuensi dari pilihan yang saya ambil. Mungkin saja saya dapat selalu mengambil berbagai pilihan yang berujung dengan jalan-jalan yang lurus dan mudah, mungkin saja pilihan itu berakhir dengan pemandangan yang membosankan, dan sangat mungkin pilihan yang saya ambil menuntut usaha keras melalui rintangan berat tapi penuh dengan petualangan seru, pemandangan indah, dan kaya dengan dinamika hidup. Semuanya tetap berujung pada air terjun. Apakah benar begitu?

Baru-baru ini saya dihadapkan pada kenyataan bahwa Kano membatalkan usaha dia untuk masuk Naval Academy. Dia bilang, dulu mempertimbangakn itu karena ini merupakan jalur yang memungkinkan dia untuk bisa menetap di Amerika. Segala usaha sudah dia lalui bahkan sudah mendapat rekomendasi dari Congressman. Untuk dapat diterima di akademi militer (dalam hal ini pilihan Kano adalah Navy) dia harus meminta rekomendasi dari anggota kongres. Sambil menunggu rekomendasi Kano mencari pengalaman dengan bekerja. Saya sangat setuju dengan keputusan dia untuk bekerja selama menunggu. Bekerja memberikan pelajaran pada dia dalam hal tanggungjawab, disiplin, dan mengenal realitas kehidupan sebagai orang dewasa. Yang dia pelajari sering saya ungkapkan dengan cerita di tulisan-tulisan saya. Rekomendasi akhirnya dia peroleh. Saya tidak memaksakan dia untuk langsung mengambil keputusan. Dia masih menunda untuk mendaftar dan berusaha terbuka pada berbagai opsi. Kemudian beberapa minggu yang lalu dia bekerja di universitas. Nanti ketika dia beruia 18 tahun, dia bisa melamar sebagai "pegawai negeri" dan salah satu keuntungan sebagai pegawai di universitas nanti adalah memperoleh kredit gratis setiap tahun untuk meneruskan pendidikannya. Nah ini merupakan opsi yang bisa dia pilih. Kano dihadapkan pada persimpangan jalan. Pendidikan melalui akademi militer, atau pendidikan melalui pekerjaan sebagai pegawai negeri? Yang terakhir akan memakan waktu 2 kali lipat karena kredit yag dia peroleh cukup terbatas.

Dalam 2 minggu ini dia ternyata mencintai pekerjaannya. Dia suka dengan lingkungan dan juga rekan-rekan kerjanya. Memang di sana banyak sekali mahasiswa yang bekerja bahkan ada beberapa orang lulusan SMA, disamping para pegawai kampus yang sebagaian bahkan seusia orang tuanya. Eniwei, dia senang dengan pekerjaan dia dan akhirnya memutuskan untuk membatalkan jalur akademi militer. Sebagai orang tua saya mendukung segala keputusan dia. Kami semua tidak tahu pilihan yang dia ambil akan berakhir dengan jalan yang lurus atau jalan yang mengarahkan dia pada petualangan hidup yang seru. Itu semua adalah konsekuensi dari pilihan.

Kembali kepada obrolan tentang tujuan hidup. Sepertinya kita tidak akan pernah bisa menjawab apa tujuan akhir dari hidup kita. Anggap saja akhirnya adalah air terjun yang penuh pelangi tadi. Dalam menuju tujuan yang tidak kita ketahui benar-benar ini kita dihadapkan pada banyak pilihan. Hingga sekarang, saya tidak beranggapan bahwa ada pilihanĀ  yang benar dan yang salah! Tidak! Tidak ada pilihan yang salah tidak ada pilihan yang benar; yang ada adalah konsekuensi. Ada pilihan yang menuju petualangan seru, ada pilihan yang menuju jalan mulus. Apakah jika memilih jurang merupakan pilihan salah? Tidak! Mungkin saja konsekuensinya kita harus merasakan perjuangan berat, memeras keringat dan jatuh bangun, tapi menurut saya itu tidak salah. Justru itu yang membentuk karakter kita.

Foto credit: www.jamsadr.com