AES 137 Seperti Ketika
leoamurist
Monday October 11 2021, 4:39 AM
AES 137  Seperti Ketika

Seperti ketika kita merasa kesal terhadap orang lain yang tampaknya abai bagi kita. Bisa jadi adalah refleksi pengabaian kita di masa lalu atau proyeksi pengabaian kita di masa depan. Seperti ketika kita merasa jengah terhadap orang lain yang tampaknya bebal bagi kita. Bisa jadi adalah refleksi kebebalan kita di masa lalu atau proyeksi kebebalan kita di masa depan.

Seperti ketika kita merasa kesal terhadap orang lain yang tampaknya bodoh bagi kita. Bisa jadi adalah refleksi kebodohan kita di masa lalu atau proyeksi kebodohan kita di masa depan. Seperti ketika kita merasa kesal terhadap orang lain yang tampaknya tidak memahami perasaan kita. Bisa jadi adalah refleksi kedangkalan kita di masa lalu atau proyeksi pendangkalan kita di masa depan.

Seperti ketika kita merasa kesal terhadap orang lain yang tampaknya tidak mengerti pemikiran kita. Bisa jadi adalah refleksi kesempitan kita di masa lalu atau proyeksi penyempitan kita di masa depan. Seperti ketika kita merasa kesal terhadap orang lain yang tampaknya tidak berfungsi sesuai tuntutan (diam-diam) kita. Bisa jadi adalah refleksi penyesalan kita di masa lalu atau proyeksi penyesalan kita di masa depan.

Seperti ketika kita merasa kesal terhadap orang lain yang tampaknya tidak berguna dalam ekspektasi (dugaan) kita. Bisa jadi adalah refleksi kesesakan kita di masa lalu atau proyeksi kesesakan kita di masa depan. Seperti ketika kita merasa kesal terhadap tulisan ini yang berulang hanya mengganti kata, semakin mengesalkan karena tidak semuanya tertuliskan atau urutan dan pemilihan katanya tidak sesuai selera.

Seperti itulah rasanya kita melihat diri kita di masa lalu dan di masa depan, disadari atau diabaikan, diterima atau ditolak, rasa kesalnya tetap terasa kesalnya. Seperti itulah panggilan kita, untuk menebus masa lalu di sekarang dan mengantisipasi masa depan di sekarang. Juga.

Liminalisme, masa kini hanyalah irisan masa lalu yang sudah abadi dan masa depan yang belum terlahir. Masa kini hanyalah irisan akumulasi refleksi dan kelipatan proyeksi, semampu memori memanggilnya kembali. Bukan hanya memori di tataran imajinasi, termasuk juga memori di tataran biologi genetis turunan dan belief system kebiasaan. Jadi, masa kini yang sekarang ini mau diserahkan kepada potensi yang mana?

Pengulangan kebiasaan usang berdasarkan sistem kepercayaan berulang. Atau; Percobaan kebaruan yang penuh ketidak tahuan berdasarkan kesadaran. Bedanya, tipis. Seperti tergambarkan dengan sulit di tulisan aes 136 gemuruh sebelumnya.

Jadi kelintas kata seseorang, ”Kalau kita ingin mencerdaskan orang, kita tidak menyederhanakan pemahaman turun ke level orang itu. Justru kita perlu menaikan level orang, agar orang itu mampu menghadapi kerumitan dan menyederhanakannya sendiri.”

dalam upaya menaikan level orang, mari mulai dengan membaca ulang tulisan ini dari kalimat paling pertamanya

You May Also Like