AES54 memori pertemanan
nathania
Monday October 11 2021, 12:48 PM
AES54 memori pertemanan

Selama ini aku pikir teman yang akan setia dan mengenal diriku adalah teman sekolah. Ternyata semakin besa raku tahu kalau teman sekolah hanya akan tahu keadaan saat itu saja. kemudian setelahnya aku pikir adalah para tetanggaku yang dari kecil bertemannya. Tapi ternyata juga tidak, karena aku dan mereka hanya teman main saja, tidak bisa sampai jadi teman berbagi keluh kesah. Akhirnya aku sadar teman yang selalu ada walaupun tidak setiap hari bertemu, adalah para teman di sanggarku. Aku kenal mereka dari kelas 2 SD. Sudah lama memang, sekitar 9-10 tahun aku kenal dengan mereka. Kami sudah seperti keluarga, setiap Latihan kami selalu saling menyambut satu sama lain dengan senang hati.

Walaupun saat perlombaan kami jadi lawan, tapi kami tetan saling mendukung, kalau ada yang menang dan masuk final pun kami tetap mendukung, tidak iri dengki. Cara mendukung kami, bukan hanya melontarkan kata-kata penyemangat, tapi ikut serta saat Latihan, saat dirias, saat istirahat, saat diatas panggung dan menyemangati dari tempat duduk penonton. Saat pengumuman dan ada teman yang lain menang atau masuk final, kami ikutan heboh dan senang, itu yang membuat kami jadi seperti keluarga, saling memikirkan satu sama lain.

Saat awal pandemi kami jadi tidak bisa saling bertemu, tidak lagi saling menyapa. Jadi saat pandemi mulai mereda dan mulai nari lagi, kami jadi pada canggung karena sudah lama tidak bertemu. Lucu sebenarnya, dari yang awalnya kami sangat dekat, tiba-tiba saling canggung.

Jadi ingat saat masih awal kami semua nari di sanggar, karena awalnya kami adalah Angkatan yang paling kecil, jadi kami paling nakal di sanggar. Jam istirahat yang kami lebih-lebihkan, setiap ada waktu luang di sanggar kami kabur ke Masjid Salman untuk solat, atau jajan, dan setiap dimarahi saat nari, bukannya menangis tapi kami malah cekikikan/cengengesan. Semakin besar kami naik level, dan jadi bunya adik-adik angkatan bawah, setiap melihat mereka aku jadi ingat saat aku masih kecil bermain dengan teman-teman sanggar. Kadang juga aku sering melihat ke angkatan terdahulu, bisa menari diluar negri, dan memenangi perlombaan. 

Semakin besar, kami juga yang awalnya saling bercerita dengan imajinasi, jadi diganti topik obrolannya. Menjadi saling curhat, senang, sedih, kesal, dan segala perasaan cerita di luar teman-teman sanggar kami ceritakan. Senangnya mereka welcome dengan cerita-cerita yang saling kami lontarkan. Jadi semakin terasa kedekatan kami selama ini. 

You May Also Like