AES07 Catatan Perjalanan
jeanindya
Sunday October 2 2022, 5:34 AM
AES07 Catatan Perjalanan

Saat memegang kedua buku ini, saya membayangkan sedang memegang sebuah koper berisi kenangan. Di dalamnya tersusun rapi - tak hanya pengalaman - tapi juga memori, pemaknaan, rasa senang, syukur, haru, kesal, dan masih banyak lagi. Ibarat orang sedang berkemas, saat sedang menyusun buku ini, saya membayangkan para pelakunya tengah melipat memori-memori tadi dan menyusunnya dengan rapi di sebuah koper. Saat buku jadi, saat itulah koper ditutup, siap untuk dibawa ke mana-mana.  

Meski terlibat intensif dalam penyusunan keduanya, raga saya belum pernah ikut menjejak di tempat-tempat itu. Tapi saya bisa merasakan dan ikut menikmati semua emosi yang dituturkan dan dituliskan. Mungkin ini salah satu keuntungan menjadi orang yang sensitif. :) Sebagai penulis utama buku Merah Putih di Atap Dunia, saya ikut deg-degan saat menuliskan kisah pendaki yang hampir hipothermi menjelang puncak Kilimanjaro, ikut sedih saat ada yang akhirnya memutuskan menghentikan perjalanan di Denali. Dan amat sangat bangga saat menuliskan kisah keberhasilan mereka mencapai puncak terakhir, Everest. Sebagai tim pendamping proses Ole Dewa, saya ikut bahagia dan terharu saat membaca upaya para guru muda mengajar anak-anak baca tulis - dan membuahkan hasil. Bahkan ikut meneteskan air mata saat membaca rangkaian kegiatan perpisahan yang dihelat. 

Perasaan-perasaan ini juga menyeruak kembali saat peluncuran Ole Dewa hari Jumat lalu. Dasar cengeng, saya beberapa kali menitikkan air mata saat mendengar para anak muda ini bercerita, melihat anak-anak murid mereka yang ikut bergabung di zoom, dan melihat foto-foto yang ditayangkan. Kagum, haru, bangga, tiga perasaan yang dominan terasa. Kagum, karena 18 mahasiswa ini - semua, tanpa terkecuali - berani mengambil kesempatan belajar yang tidak biasa, keluar dari zona nyaman, dan berhasil melewatinya! Haru, karena mengingatkan saya pada memori 10 tahun lalu, saat merasakan pengalaman yang kurang lebih sama. Berinteraksi dengan anak di kawasan timur Indonesia. Dan kemarin, kembali mendengar teriakan ceria mereka dengan logat yang khas. :) Bangga, karena sebagai alumni Unpar, bisa sedikiiit melakukan sesuatu untuk almamater. 

Catatan perjalanan, adalah sebuah proses magis yang tak sekedar menarasikan. tapi juga memaksa diri mengakui proses yang dilalui. Tak cuma memori indah, tapi juga rasa kesal, kecewa, sedih, marah, yang biasanya tak terekam dalam keindahan gambar foto. Kalau narasinya saja bisa menghidupkan rasa-rasa tadi, perjalanannya sendiri pasti memberikan sesuatu bagi hidup.

Keduanya, sekarang tersusun rapi di lemari buku. 

Saya membayangkan suatu hari nanti, ia akan dibuka oleh seorang pemudi dan pemuda, yang siap memulai perjalanannya sendiri. Dan hingga saat itu tiba, kisah dan memori dari tempat-tempat jauh ini akan selalu tersusun rapi dalam koper bernama Catatan Perjalanan.

Kalau kata quotes mah begini: 

Fill your life with experiences, not things. Have stories to tell, not stuff to show.