AES 481 Mumpung
joefelus
Friday September 16 2022, 10:51 AM
AES 481 Mumpung

Saya sengaja bangun pagi-pagi. Rencananya sebelum jalan kaki ke kantor saya akan pinjam kendaraan sebentar untuk membeli kopi. Kedai kopi langganan saya sudah lama tutup sejak Covid mulai, jadi sekarang saya harus mengemudi jauh, dan kalau pagi tidak selalu sempat. Hari ini akan menjadi hari yang sibuk, saya butuh dorongan caffeine untuk tetap bugar dan tajam hehehe..

Musim gugur akan mulai beberapa hari lagi. Tanggal 22 tepatnya. Walau belum memasuki musim gugur, pepohonan sudah mulai berubah. Ada pohon yang bagian tepi daun-daunnya mulai mengering sehingga dari kejauhan pohon itu terlihat berwarna coklat, lalu ada yang sebagian daun-daunnya mulai kuning, merah dan sebagainya. Nah musim gugur tahun ini akan saya nikmati sebaik-baiknya. Mumpung!

Sambil mengemudi perlahan-lahan saya mulai menyusun rencana. Masih ada sekian bulan hingga musim panas tahun depan. Jadi saya akan menikmati 4 musim sekali lagi sebelum akhirnya pulang kandang. Mungkin sesudah pulang kandang, entah kapan lagi saya bisa menikmati musim-musim ini. Mulai dari menikmati mengemudikan kendaraan dengan tenang dan nyaman di jalanan yang sunyi ini!

Waktu menunjukkan baru pukul 6 lebih. Di sini jalanan sangat lengang karena kebanyakan orang-orang belum keluar rumah. Saya langsung berpikir bahwa banyak kota di Amerika yag mengklaim sebagai city that never sleeps, hahaha.. buat saya ini lucu! Saya mengerti sebetulnya karena seperti saat ini sudah lewat pukul 6 jalanan masih kosong, bayangkan jika di Bandung, misalnya. Nah Bandung jika dibandingkan dengan Fort Collins, baru bisa dikatakan kota yang tidak pernah tidur! Saya sekarang pukul 6 lewat baru keluar rumah untuk cari kopi, dulu di Bandung jam 6 saya sudah nongkrong di warung di depan Smipa! Jam 4 pagi sudah bagun dan menyiapkan segala sesuatu, sarapan hingga makan siang karena saya tahu baru akan kembali ke rumah sesudah matahari tenggelam. Lebih dari 12 jam di luar rumah. Kapan saya pernah menghabiskan waktu lebih dari 12 jam di luar rumah di Fort Collins? Tidak pernah! Bandingkan dengan Bandung, malam hari banyak orang berjualan jajanan, nasi goreng dan sebagainya hingga malam sekali, ketika tengah malam, orang berjualan sayuran mulai berdatangan, bahkan yang belanja tengah malam sudah banyak. Jika punya bisnis makanan, sebaiknya belanja tengah malam sebab semua sayur mayur baru datang, dan segar karena baru dikirim oleh para petani. Lihat pasar Andir, tengah malam sudah ramai. Nah ini baru disebut kota yang tidak pernah tidur! Kalau kotanya tidak pernah tidur, artinya lalu lintas juga hampir tidak pernah kosong khan? Kesibukan memang berkurang, tapi tidak pernah kosong seperti di sini, jadi saya sangat menikmati mengemudi di sini. Mumpung!

Kopi! Nah ini juga penting. Kopi di sini termasuknya sangat terjangkau. Untuk minum segelas kopi ukuran paling besar, harganya kurang dari upah bekerja selama 30 menit! Bandingkan dengan jenis kopi yang sama di Bandung, yang mampu hanya kalangan tertentu. Saya dulu harus cukup puas dengan kopi susu ABC saset seharga 2 atau 3 ribu rupiah! Handcrafted coffee itu barang mewah mangkanya sering sekali muncul di Instagram karena mempunyai nilai "lebih" hahahaha. Nah di sini saya puas-puaskan minum kopi. Mumpung!

Berenang. Saya ingat dulu di Bandung membeli buku tiket masuk karena saya harus banyak berenang untuk terapi. Karena saya kenal pemilik kolam renangnya, dulu teman main di jaman kuliah, saya dapat diskon besar. Walaupun diskonnya banyak, tetap saya harus merogoh jutaan rupiah. Berenang bukan kegiatan murah sementara di sini saya bisa berenang kapanpun hanya dengan membayar keanggotaan untuk seluruh anggota keluarga selama setahun penuh setara dengan tidak lebih dari 3 jam bekerja. Jadi jangan heran mengapa saya rajin berenang minimal 3x seminggu. Sesudah berenang saya malah bisa minum kopi gratis. Ya saya nikmati sepuasnya. Mumpung!

Membandingkan memang tidak pernah ada habisnya. Fort Collins memang punya kelebihan tertentu dari Bandung, tapi bukan berarti tidak ada yang bisa dibanggakan dari Bandung. Saya hanya menyebutkan yang tidak ada atau yang hanya bisa dinikmati secara terbatas di Bandung yang bisa saya nikmati sepuas-puasnya di sini. Tapi banyak hal yang saya tidak bisa nikmati di sini seperti ketika saya di Bandung. Tempe misalnya, saya akan berjuang sekuat tenaga, pergi berpuluh-puluh kilometer hanya untuk bisa makan tempe, membeli petai. Kalaupun ada, tidak bisa menyamai kenikmatan makan tempe goreng di pinggir jalan di Bandung! Es campur? Saya buat sendiri, tapi apa enaknya makan es campur jika bahan-bahannya sudah disimpan di dalam kaleng berbulan-bulan? Jadi jangan heran jika ada yang memanfaatkan kekangenan orang-orang di sini dengan mendatangkan makanan-makan dari Bandung dengan harga yang aduhai, tapi ya sudah tidak segar lagi. Pisang molen Kartikasari bisa saya nikmati di sini, enak? ya enak sih, tapi tidak sama dengan ketika makan langsung di Bandung. Batagor Kingsley, Batagor Riri juga diperjual belikan, tapi sekali lagi, tidak sama!

Jadi intinya, saya nikmati yang banyak tersedia di sini sepuasnya karena mumpung! Mumpung harganya terjangkau, mumpung banyak tersedia, mumpung bisa dinikmati. Nanti kalau di Bandung, saya nimati hal yang lain, nasi padang, tempe mendoan, atau nasi tutug oncom! Mumpung!