Beberapa waktu lalu, ada posting yang muncul di grup WA Komunitas Smipa - salah satu rekan orangtua mengingatkan bahwa ada beberapa barang milik anak-anak yang tertinggal di sekolah, untuk bisa diambil di Co-Op. Kemudian saya menghubungi rekan saya itu untuk mengangkat info itu dari grup WA tadi. Loh kenapa? Cerita selanjutnya ada di bawah ini.
barang-barang ketinggalan di Semi Palar
Ini kisah nyata, bagaimana seorang rekan orangtua mendidik anaknya untuk bertanggung jawab pada barang miliknya - terjadi di sekitar tahun-tahun awal Semi Palar, kira-kira di sekitar tahun ke enam atau ke tujuh. Mulai kisahnya begini, anak ini sudah dijemput oleh ayahnya dan seperti sekarang masih terjadi, anak ini sulit diajak pulang karena masih asik bermain dengan teman-temannya. Ayahnya bilang, "OK, ayah tunggu di mobil, kamu punya waktu 5 menit lagi, lalu ayah akan berangkat, dengan atau tanpa kamu." Anak ini kembali berlari menghampiri teman-temannya dan melanjutkan bermain.
5 menit berlalu, ayahnya menyalakan kendaraannya dan pelan-pelan bergerak keluar dari tempat parkirnya. Anak ini segera berlari, terburu-buru masuk mobil dan merekapun pulang. Di tengah perjalanan, anak ini baru sadar, "Ayah, tas aku ketinggalan!, Bisakah kita kembali ke sekolah dan mengambil tas aku?" Dengan tenang ayahnya menolak - dia bilang, "Ya kalo kamu pulang, tanggung jawab kamu juga membawa pulang barang-barang kamu." Anaknya mulai gelisah dan mulai bingung, "Besok gimana ayah? Aku bawa tas apa?"
Waktu kita percepat ke keesokan harinya. Saya lihat keesokan harinya anak itu datang ke sekolah membawa kantong kresek. Ya, kantong kresek. Tentunya anak ini tampak tidak suka hati dengan apa yang harus dilakukannya. Tapi setelahnya, anak itu tidak pernah lagi ketinggalan tasnya. Dia sadar dan bisa menjaga barang miliknya. Anak ini belajar bertanggung jawab.
Kisah lain, di akhir satu tahun pendidikan, saat pembagian rapor, kami pernah mengembalikan kepada seorang ibu, kantong plastik berisi sekitar delapan buah botol minum. Ya, delapan buah. Waktu dikembalikan, ibunya tersenyum tersipu dan mengatakan "Hehe, banyak ya kak yang ketinggalan, soalnya aku sih kalo liat botol minum yang lucu, aku ga tahan pasti aku beli." Ya, hasilnya itu tadi, anaknya terus ketinggalan barang miliknya, lagi, lagi dan lagi... Anak itu tidak kunjung belajar.
Dari kedua cerita itu mudah-mudahan kita bisa menangkap maksudnya. Dalam konteks pendidikan holistik, hal kecil seperti menjaga barang-barang sendiri adalah bagian penting dari proses belajar anak-anak. Tentunya kita ingin anak-anak kita punya rasa tanggung jawab yang baik, dia sadar perlu menjaga apa yang menjadi miliknya dan menjaganya baik-baik. Kalau kita fokus pada pendidikan karakter, hal-hal baik lainnya akan mengikuti. Yang penting disadari, peran orangtua dan keluarga di rumah menjadi penting di dalamnya. Semoga kisah ini bermanfaat.
Photo by Luis Quintero: https://www.pexels.com/photo/person-holding-black-backpack-3731256/