AES252 Hal Terpenting Adalah Ekspektasi
leoamurist
Sunday May 15 2022, 9:45 AM
AES252 Hal Terpenting Adalah Ekspektasi

Bahkan tidak berekspektasi adalah suatu ekspektasi. Kita berekspektasi agar kita tidak berekspektasi. Ekspektasi kita adalah tidak ada ekspektasi. Ini pun suatu ekspektasi. Daripada menyangkal, baiklah menggunakan.

Manusia adalah makhluk berdaya guna, maksudnya berdaya untuk menggunakan. Bukan sebaliknya yang sering dikatakan orang-orang kalau berguna berarti bisa dipergunakan.

Padahal sejatinya adalah manusia berdaya, bukan sekadar manusia berguna. Memang berdaya dan berguna adalah sepaket, seperti darma dan guna. Makanya berdaya guna berarti berdaya untuk menggunakan.

Seperti potensi dan aktualisasi. Seperti pengorbanan dan pencapaian. Jelas semuanya bikin kecapaian, dan ini perlu diekspektasikan dari awalan. Makanya, sibuk adalah mitos yang hadir dari pengabaian ekspektasi kewalahan.

Ekspektasi katanya adalah akar dari penderitaan dan sakit. Pada sisi inilah kita diuji, apakah keberdaya gunaan kita cenderung ke manusia berguna atau manusia berdaya.

Bukankah semua kisah pencerahan selalu terjadi melalui sakit dan penderitaan. Through pain and suffering. And it was expected, indeed it is expected.

Membuang ekspektasi rasanya malah membiarkan diri terjebak delusi. Seperti menolak pernyataan kalau matahari tetap ada walaupun sedang gelap malam.

Seperti menolak kalau kita punya hati (maksudnya emosi, bukan liver), hanya karena tidak bisa melihatnya langsung. Atau tidak sesuai dengan definisi sempit kita. Ohiya, yang tidak mampu berekspektasi dengan sehat biasanya kaku di definisi.

Bahkan mendefinisi fleksibilitas dan sangat berpegang padanya seperti plastik meleleh di besi panas, adalah bentuk kekakuan definisi. Terlalu kaku pada fleksibilitas dan improvisasi.

Ekspektasi adalah landasan dan ruang bagi keberdayaan manusia. Dengan ekspektasi, lahir imaji. Dari imaji, lahir potensi. Dari potensi, lahir tindakan. Dari tindakan, lahir perkataan.

Semuanya perlu seimbang dan proporsional. Kalau misalnya porsi berkata lebih besar dari bertindak atau sebaliknya, itu ketidak berdayaan. Menjadi berdaya memang perlu melepas banyak, menyisakan satu.

Keberdayaan kita untuk menggunakan ekspektasi adalah dengan berekspektasi. Membuka kemungkinan, menghitung peluang, dan merangkai sebab akibat. Seluasnya, sebanyaknya, sedalamnya, sekompleksnya.

Kalau perlu sampai kepada mengekspektasikan ekspektasi dan kontra ekspektasinya. Baik dari diri kita sendiri, juga dari orang lain. Kepada diri kita sendiri, juga kepada orang lain.

Biasa indikator keberhasilan kita menggunakan daya ekspektasi ini adalah, semua orang jadi merasa punya kendali padahal tuas dan tombol kendali ada di tangan kita. Seperti akar mengendalikan buah, batang yang berbangga.

Contoh lain, pada situasi saat kita memang tidak tahu apa-apa namun saat kita mengetahuinya rasanya tidak terlalu mengagetkan. Karena masih ada dalam rentang ekspektasi. Semacam, aku tahu aku akan tahu tepat waktu.