Taman Tahura adalah sebuah situs sejarah dari jama penjajahan Belanda dan Jepang pada jaman Indonesia saat kemerdekaan, kedua gua yang dibangung di tempat yang sama, hanya berbeda periode dan tahun. Situs sejarah menandakannya sebuah peninggalan kuno, kadang kala aku sering mempertanyakan setiap melihat situs-situs sejarah yang tidak terurus, yang bisa dijadikan cagar budaya tetapi tidak dipertahankan dengan baik, apalagi penanganannya sendiri yang tidak terlihat aktif, bukti asli yang kurasa sesaat jalan di Tahura, melewati gua Jepang, menginjakan kaki di Gua Jepang membuatku antusias menganalisa penggalan sejarah dari besi-besi pengait bekas lampu penerangan untuk di guanya sendiri, menganalisa situs sejarah ini kulakukan tiap saat, utamanya untuk melatih daya imajinasi, membayangkan bentuk pada masa lalunya, sambil melihat benda-benda tua yang dulunya fungsional dan terawat. Pertamakali aku ke Tahura itu kurang lebih pada tahun 2011 atau 2012 sebelum masuk di Semi Palar, perbedaannya sangat jauh, Tahura dulunya masih ramai oleh pengunjung, banyak anak-anak sekolah dan turis yang berdatangan, aku adalah salah satunya anggota rombongan tur sekolah, aku ingat mengunjungi gua Jepang, guanya masih memiliki beberapa titik penerangan, di setiap dinding dipasangi “Toa”, untuk pengumuman, guanya lebih bersih, tidak ada satupun sampah, tidak ada kelalawar pada hari itu, tidak satupun kotoran kelalawar kulihat.
Tahura yang dulu kurasa lebih hidup, Tahura yang dulu diutamakan sejarahnya, tidak seperti sekarang dimana kafe yang menjadi sasaran pengunjung pada tahun 2023, titik teramai dulu adalah situs sejarahnya, pusat penjualan makanan, jasa senter dan jasa pemandu teramai, harga senternya masih murah dibandingkan dengan sekarang, di areanya sendiri masih ada beberapa pegawai “official” yang menjaga dan membersihkan gua Jepang, sayangnya pada hari itu aku tidak sempat datang ke gua Belanda. Kunjungan kedua ke Tahura seingatku tepatnya pada jenjang SMP kelas 2 atau 1, pada waktu itu Tahura baru saja mengalami banyak perubahan dan modernisasi, dari pembeharuan jalan aspal dan renovasi area depan gua Jepang dan Belanda, perubahan banyak terlihat di gua Belanda, saat itu gua Belanda jadi ada terasnya sendiri menggunakan susunan batuan yang rapih, saat itu baru renovasi, jadi semuanya masih bersih, toilet umum dan warung saja baru dibangun, sekarang di tahun 2023, Tahura sudah banyak berubah, banyak kejadian longsor, pohon tumbang, jalan rusak, ditambah adanya beberapa pos istirahat dan pos-pos yang tidak terurus, serta ada banyak “plat” papan deskripsi yang hilang atau dipecahkan, beberapanya dicuri dan sudah jatuh, contohnya papan deskripsi di jembatan area paling jauh dari gua Belanda, seingatku dari titik gua Belanda ke area paling ujung frekuensi peralatan dan fasilitas rusak menambah dari titik itu.