[repost dari Ning]
Pagi tadi saya dikirimi pesan WA oleh Karmel dengan dua buah file yang mengiringinya. Satu adalah sertifikat di atas ini sebagai pertanda keikut-sertaan saya untuk proyek Nyenack kelompok Turi. Yang kedua adalah laporan keuangan dan perhitungan dari ujicoba usaha bersama yang diselenggarakan oleh Karmel dan teman-temannya. Proyek ini bermula dari perjalanan K-11 ke Gambung di mana mereka berkesempatan tinggal di sana selama hampir satu minggu.
Setelah sekian lama kebanyakan pembelajaran dilaksanakan jarak jauh, kesempatan itu dimanfaatkan untuk mengeksplorasi kawasan dan melihat potensi apa yang ada di daerah sana. Salah satu yang mereka temukan adalah komoditi kentang dan ubi ungu, selain waluh, kopi, teh dan sayur-sayuran lain yang banyak ditanam oleh masyarakat Desa Pangkalan, Gambung.
Sebelum berangkat ke gambung, memang ada beberapa wacana yang sudah muncul duluan – salah satunya adalah koperasi. Koperasi sebagai sebuah wadah / sistem ekonomi yang muncul jadi gagasan salah satunya karena situasi pandemi. Gagasan koperasi muncul karena kita melihat ada potensi di komunitas Semi Palar dan juga kebutuhan ekonomi karena situasi pandemi. Di sisi lain, pandemi juga memunculkan fenomena bagaimana perusahaan-perusahaan besar justru sangat terkendala situasi pandemi. Ke-raksasa-an mereka, kejayaan mereka yang tampak dari luar ternyata terbukti rapuh karena situasi pandemi. Banyak perusahaan besar jatuh gegara virus yang tidak kasat mata.
Beberapa sesi kelas semesta yang diselenggarakan KPB akhirnya digelar untuk membuat kita semua lebih paham hal-ihwal koperasi ini. Paska Perjalanan ke Gambung menjadi pemicu untuk kelompok Turi menjajal usaha bersama dalam rangka mendapatkan pengalaman nyata dari apa yang disebut sebagai koperasi ini. Mereka menggalang dana dan merancang apa yang bisa dilakukan dengan basis usaha bersama ini. Turi kemudian menyiapkan proposal dan akhirnya menawarkan kepada pihak-pihak yang bersedia ikut serta mendanai usaha bersama ini.
Setelah beberapa waktu, komoditi sudah dipasarkan lewat warungsmipa.id – dan media lainnya. Hasilnya ternyata baik, walaupun dalam skala terbatas, usaha ini menghasilkan keuntungan bersama dan modal yang disetorkan beserta keuntungannya dibagikan kembali kepada pihak pendana. Saya salah satunya.
Saya pikir ini model kecil dari apa yang bisa dilakukan bersama di Semi Palar. Banyak dari warga Smipa yang punya produk yang bisa dipasarkan. Pasarnya tidak terlalu besar – tapi tidak kecil juga. Kebutuhan pasti ada, dan kita punya spirit komunitas yang jadi kekuatan tersendiri di Smipa. Platform untuk memfasilitasinya juga sudah ada. Kalau semua ini bisa diwadahi dan dirangkai di dalam konteks koperasi yang didasari usaha bersama melalui kepemilikan bersama untuk keuntungan bersama, rasanya ini jadi gagasan baik yang perlu kita upayakan bersama juga… Mari kita coba…