Perjalanan kali ini membawa saya berjumpa berbagai situasi dan berbagai tempat di Sumba Barat Daya. Sekolah-sekolah, kampung-kampung, juga memberi saya kesempatan untuk berbincang dengan beberapa individu dan berjumpa dengan beberapa lembaga / institusi yang bergiat di bidang pendidikan.
Saya sempat bercerita tentang suster Mathilde. Seseorang yang dalam pengenalan saya sangat besar jasanya untuk perkembangan banyak hal di Weetebula dan sekitarnya.
Setelah mengunjungi Learning Center Umma Manganne, beberapa SD di sekitar STKIP, saya dan kak Lyn juga diajak mampir ke Lembaga Matematika Kognitif (LMK). Suster Mathilde mengajak kami berkenalan dengan LMK ini. Satu Lembaga yang didirikan oleh seorang profesor dari Jerman dan ikut didanai oleh beberapa donatur di Eropa. LMK sendiri tempatnya sangat dekat, bertetangga dengan Learning Center Umma Manganne.
LMK ini bertujuan membuat terobosan inovasi pembelajaran matematika di Sumba Barat Daya. Saya lihat ini yg membuat STKIP cukup beruntung karena hadirnya dua lembaga pendidikan yang bisa punya peran besar untuk mempercepat akselerasi perubahan pendidikan di Sumba Barat Daya - khususnya di daerah Weetebula.
Kami sempat 'ditodong' oleh suster Mathilde untuk bercerita sekilas tentang Rumah Belajar Semi Palar - yang sepertinya sangat berkesan dalam diri suster Mathilde. Akhirnya kami mencoba berbagi cerita tentang Semi Palar terutama landasan-landasan pemikirannya dan bertukar pikiran dengan tim LMK di sana.
Suster juga memberikan pandangan-pandangannya terhadap apa yang kami sampaikan seputar apa yang sempat kami ceritakan dalam kesempatan ini. Respons pertanyaan cukup banyak muncul dari yang hadir di ruangan kecil itu. Salah satu respon menarik dari salah seorang tim LMK begini, "pak Andy, kapan Semi Palar buka di Sumba?". Menarik ya.
Setelah makan siang, kami diajak berkunjung ke Program Studi PAUD - dan dari sana kami diajak berkunjung menemui bapak Ketua STKIP, bapak Willy. Walaupun tanpa direncanakan, kami disambut dengan tangan terbuka dan masuk dalam perbincangan cukup panjang seputar pendidikan di Sumba Barat Daya. Kami juga sempat bercerita tentang anak-anak Sumba yang kami temui dan amati langsung juga betapa kuatnya impresi yang kami dapatkan dari anak-anak Sumba ini.
Di Bandung banyak anak-anak malas dan enggan ke sekolah bahkan mogok sekolah. Di Sumba, di tengah segala keterbatasannya, semangat belajarnya luar biasa besar. Antusiasme mereka meluap - di berbagai tempat kami datang berkunjung. Ini potensi luar biasa.
STKIP sendiri adalah perguruan tinggi pertama dan satu-satunya di Sumba Barat Daya, bertempat di desa Karuni, beberapa kilometer dari kota Weetebula - tempat kami menginap. Sebelum berdirinya STKIP, lulusan-lulusan SMA di SBD tidak jelas kelanjutan pendidikannya. Sekarang STKIP memiliki 7 ProDi dan punya 3.000 mahasiswa. Dengan demikian keberadaan STKIP jadi sangat penting bagi perkembangan pendidikan di Sumba Barat Daya.
Hari yang luar biasa - beberapa hari di Sumba - termasuk hari ini saya bisa mendapat gambaran cukup utuh tentang pendidikan di Sumba, khususnya di Sumba Barat Daya. Di akhir pertemuan, saya dan kak Lyn diminta secara formal untuk berbagi tentang konsep pendidikan holistik Semi Palar di depan para dosen dan mahasiswa ProDi PAUD STKIP Weetebula. Tempat dan waktu segera dijadwalkan. Sebuah kehormatan besar buat Semi Palar - dan kesempatan luar biasa untuk dapat mulai memberikan warna untuk pendidikan di SBD dari proses belajar kita semua Semi Palar selama 17 tahun ini. Sampai jumpa di catatan perjalanan selanjutnya. Salam.
Senarai Jurnal Sumba :
Keren banget ka Andy, semoga harapan mereka bisa mengenyam pendidikan secara holistik, bisa dan boleh berkembang disana bersama cabang Semi Palar ya.... Semoga Yang Kuasa berkenan membukakan jalanNya..