Nulis lagi tentang koperasi. Berangkat dari obrolan sebelum kami berangkat ke Gambung untuk survey. Obrolan terjadi di saung depan sekolah, saya melihat Ahkam sedang berbincang bersama mas Woto dan pa Iwan. Sewaktu saya hampiri, ternyata sedang berbincang tentang koperasi.
Terbaca masih kental keraguan tentang koperasi. Wajar juga karena di Indonesia, jarang sekali kita menemukan koperasi yang maju dan berkembang. Berbeda dengan perusahaan-perusahaan berbasis kapital lainnya. Sulit sekali mencari contoh koperasi yang berhasil. Padahal koperasi itu asasnya gotong royong - seperti halnya dulu, masyarakat Indonesia sangat dikenal budaya gotong royongnya. Yang banyak kita dengar adalah koperasi-koperasi yang pengurusnya ngaco dan akhirnya koperasi berhenti begitu saja, tidak berjalan atau bubar. Bubar setelah pihak-pihak tertentu mendapatkan keuntungan.
Spontan saya berpikir, apa ya yang perlu dijadikan indikator, penanda bahwa koperasi itu berhasil. Tapi mestinya sederhana ya, karena kalau koperasi itu untuk kepentingan dan kemajuan bersama, atas dasar kepemilikan bersama, mestinya koperasi yang dikelola baik pasti berhasil. Kalau dibalik, kalau ada koperasi yang tidak berjalan baik, tidak berkembang dan maju, sudah pasti pengelolaannya tidak baik. Ada sesuatu yang sangat salah di sana. Jadi ya indikatornya tidak sulit ya, berdasarkan itu kita bisa terus mengevaluasi bagaimana pengelolaan koperasi yang sedang kita gagas di Semi Palar ini.
Di beberapa tulisan lalu, kita sudah punya komunitas dan spirit kebersamaan yang baik di smipa. Banyak kegiatan bisa kita gulirkan hanya dengan modal gotong royong. Apalagi kalau ada usaha bersama yang nantinya bisa membawa manfaat untuk kepentingan sama-sama juga. Saya yakin koperasi pasti bisa diwujudkan di Semi Palar - dan kemudian bisa berkembang. Salam.
Photo by SevenStorm JUHASZIMRUS from Pexels
Setuju, Kak Andy. Itu indikator yang kuat: pengelolaan koperasinya.