AES69 KuLARI ke Pandu bersama Kak Bayu
matheusaribowo
Friday August 30 2024, 12:23 PM
AES69 KuLARI ke Pandu bersama Kak Bayu

Senang sekali melihat tren lari yang tengah naik daun. Semoga tak hanya sampai daun, tetapi juga berbunga dan berbuah. Olahraga lari yang tengah digemari membawa keseruan tersendiri dalam berbagai hal. Mulai dari menggeliatnya produsen perlengkapan olahraga lokal yang tak kalah keren dari merk besar dari luar. Hingga menjamurnya event lari di Bandung dan bahkan hampir di seluruh kota di Indonesia. "Kenapa lari?" Jawabannya bisa bercabang seperti ranting tabebuya di depan pendopo. "Semoga berlari bukan karena melarikan diri dari masalah, ya!" atau bercandaan klise semacam, "Lari, yuk! Lari dari masalah." menjadi semakin sering terdengar. Apapun itu, tetap berlarilah! Siapa tahu ada yang menyorakimu seperti, "Run Forest, ruuun!!!" 

Omon-omon soal lari dari masalah. Ternyata berlari memang punya manfaat agar kita bisa sejenak "me-lari-kan diri dari masalah." Namun dalam arti yang positif ya, teman-teman. Menurut berbagai jurnal hasil penelitian, ada manfaat psikis dan emosional dari olahraga lari ini. Selain tentu saja manfaat bagi jasmani kita. Mau tahu lebih lanjut? Cobain dulu aja, deh! "Trust me, it works!"

Demam lari ini juga mewabah beberapa keluarga Smipa, loh. Kalau yang sudah rutin dan serius dari dulu, keluarga Smipa juga punya. Misalnya, Bu Gamma, yang kerap disapa Mamul. Konon Mamul itu akronim, Mami Ultra. Karena memang sudah biasa melahap berbagai jarak ultra dalam berlari. Ada juga Kak Diki, dan masih ada yang lainnya. Beberapa minggu ke belakang, saya diajak Kak Bayu yang istrinya juga tengah terhanyut dalam dunia persilatan (baca: perlarian). Sosok yang lebih senang bersepeda ini rela mencoba cabor baru, demi bisa berlari bersama sang istri. Sudah 2 pekan kami rutin berlari setiap hari Senin sepulang sekolah. Ada juga Kak Yanti yang menemani di Senin pertama.

WhatsApp Image 20240830 at 12.20.38 1.jpeg

Senin kedua, kami berlari berdua saja. Dengan pace keong dan sembari berbincang ngalor-ngidul, kami menyusuri jalan menuju Pemakaman Pandu. Di sana, spontan saja kuajak Kak Bayu parkour sebentar. Melipir ke makam sesosok pahlawan yang nyaris terlupakan. Alex Mendur, ada yang tahu siapa beliau? (silakan jawab di kolom komentar, hehehe). Setelah itu kami masih mengunjungi satu makam lagi milik sosok yang turut menghias kota Bandung dengan berbagai bangunan bergaya art deco yang indah. Beliau juga merupakan guru atau dosen dari Bung Karno saat mengenyam pendidikan tinggi di THB atau ITB sekarang. Siapa beliau? (lagi-lagi, silakan jawab di kolom komentar, hehehe). Sebelum meninggalkan area Pemakaman Pandu, kami berfoto sejenak di gerbang Ereveld Pandu dan menjenguk beberapa makam pahlawan yang tak bernama, hanya ada penanda bendera dari besi dan nomor yang tertulis pada nisannya. 

Keluar gerbang Pemakaman Pandu, kami melewati depan rumah Kak Andy untuk kemudian menyusuri perumahan dengan nama dari tokoh-tokoh dalam pewayangan yang memang sudah sejak jaman Hindia Belanda demikian adanya. 

WhatsApp Image 20240830 at 12.20.37.jpeg Kami sempat menikmati senja di samping Husein untuk kembali menuju Smipa. Hatur nuhun Kak Bayu sudah mengajakku lari bersama. Menurut Kak Bayu, ajakan berlari bersama ini juga terbuka bagi seluruh keluarga Smipa, loh. Siapa tahu bisa sehat bersama-sama. Amin.

Setelah pendinginan sejenak di Smipa, kami masing-masing menuju ke rumah ditemani purnama yang datang kemudian. Salam olahraga, warga Smipa. Sebab katanya, satu-satunya olahraga yang buruk ialah olahraga yang tidak dilakukan. Gaskeun!

WhatsApp Image 2024-08-30 at 12.20.38.jpeg

You May Also Like