Sepenggal lirik dari lagu Tentang Rumahku karya Dialog Dini Hari, lagi-lagi membumbung di langit-langit ruang haru dan syukurku.
"Adakah yang lebih indah dari semua ini, rumah mungil dan cerita cinta yang megah. Bermandi cahaya di padang bintang. Aku bahagia."
Begitu megah gerbang Smipa kemarin (Sabtu, 31 Agustus 2024), ia pasti bangga, sebab melaluinya ratusan tawa dan bahagia bertegur sapa. Di dalamnya, rumah mungil, Smipa memang mungil tetapi butuh sebanyak dan seluas itu para hati untuk bersama-sama merawat. Terasa sekali kebersamaan dalam 3 proses yang berjalan bersamaan kemarin. Bebersih, berkarya, dan memasak. Setiap sudut rumah (Smipa) bersorak disapa tangan-tangan yang digerakkan oleh semangat dan cinta. Rumah (Smipa) hari kemarin dibersihkan, bukan dengan alat-alat kebersihan, lebih dari itu, dengan rasa cinta dan rasa memiliki bersama.
Di ruang-ruang lain, tim berkarya menyatukan asa dan cita. Doa-doa dirangkai bukan dengan kata-kata, melampaui itu, rangkaiannya diisi oleh rasa percaya, kehangatan, rasa aman, nyaman, syukur, pengertian, penerimaan, dukungan, dan rindu yang entah di mana ujungnya. Foto-foto keluarga menyumbangkan keabadian sebuah keluarga. Sebab tak ada yang namanya mantan keluarga, bukan? Sekali selamanya.
Regu memasak tahu benar meramu nikmatnya peluk seorang ibu dan dekapan seorang ayah yang begitu mencintai anak-anaknya, sebagai sebuah bumbu rahasia yang tak rahasia. Alhasil, menyantap tumpeng dan makanan bukanlah perkara mengenyangkan raga saja, di dalamnya nurani pun penuh dan hilang dahaganya.
Pada akhirnya, siapa yang tak jatuh cinta dengan kebersamaan ini? Anak-anak akan berlarian bersama harapan baik dan bekal cerita cinta yang megah.
Seperti puisi dari Kak @adhmsm
"akhirnya tiba juga, satu terik yang baik ini,
bersama, kita coba meruwat dan merawat lagi
sebagaimana seutuhnya rumah,
tempat yang selalu membukakan pintunya
bagi kita untuk berkali-kali kembali."
selengkapnya https://ririungan.semipalar.sch.id/adhmsm/blog/6555/seutuhnya-rumah
Apakah kemarin semua orang senang, mungkin saja ada yang tidak, tetapi kebersamaan ini pasti kita kenang. Mari kita yakini bersama bahwa yang kita berikan ini adalah sumbangsih yang tak sumbang. Biarlah kerendahan hati yang menyempurnakan proses kemarin dan seterusnya. Karena ini bukan tentang siapa dan bagaimana membuat sebuah acara, tetapi bagaimana setiap kita memberi dan menghadirkan diri seutuhnya. Sebab hal-hal sederhana nan bermakna hari ini, ialah benih rindu bagi hari-hari depan yang baru.
Ini rumah kita, rumah kita bersama. Terima kasih, terima kasih, terima kasih semuanya.
Bagus sekali kak Mamat narasinya. Sangat menikmati membacanya, kata demi kata, larik demi lariknya. Terima kasih, terima kasih, terima kasih... 🙏🏼
Dengan senang hati, Kak Andy. Bekal menyimpan rindu. hehehe