Di sebuah seminar membimbing remaja, narasumber bertanya pada ibu-ibu yang hadir, apa keluhan mereka tentang anak remaja mereka. Beberapa jawaban yang disuarakan kira-kira adalah bahwa anaknya tertutup, ga mau cerita sama orangtua, lebih menghargai pendapat teman, kurang mau mendengar, lebih banyak menghabiskan waktu dengan gadget.. dll.
Lalu supaya adil narasumber bertanya juga pada anak-anak remaja, apa keluhan mereka tentang orangtua. Beberapa jawaban mereka adalah bawel, marah-marah aja, nganggep anak kecil terus, over protective, banyak aturan, urusannya belajar melulu, ga mau denger pendapat anak, ga percayaan, ga bisa pegang rahasia, suka banding-bandingin, anak salah terus.. dll.
Me-recall seminar beberapa tahun lalu, saat anak-anak masuk periode 7 tahunan ketiga, masa remaja, teenager. Buat aku, mendengar jawab dari 2 pihak itu sangat membantu menyadari kenapa remaja pada umumnya suka ga nyambung sama orangtua. Jadi yang perlu dilakukan adalah membangun hubungan yang baik. Masa remaja memang benar-benar sulit untuk mereka. Elizabeth Hurlock bahkan menyebut masa ini sebagai Storm & Stress Period. Meski ga semua remaja mengalami masalah. Banyak juga remaja yang berprestasi, bisa melalui berbagai perubahan dalam dirinya dengan baik. Menurut Daniel Coleman, hati yang riang akan memacu kemampuan berpikir seseorang sehingga ia dapat memecahkan masalah dengan baik. Namun membangun kedekatan tetap perlu diupayakan. Misalnya dengan mengasah kemampuan mendengar dan memahami kesulitan mereka.Pastinya mengetahui sisi anak, membuat lebih aware saat terpancing untuk ngomel-ngomel, atau marah-marah. Secara logis, jelas lebih menjauhkan daripada membangun relasi. Menurut bu Martina, narasumber seminar tersebut, anak biasanya malas cerita karena respon yang sudah dibayangkan. Ya itu tadi, diomelin, disalahin, dimarahin. Di sisi lain, kalau mau jujur, orangtua juga biasanya terus mengharap kabar baik, dan tidak mau terima kabar buruk. Padahal kesalahan adalah ruang belajar, dan penerimaan kesalahan bisa jadi gerbang kedekatan. Kadang malah belum tentu salah, tapi ya memang enggan aja buat cerita, karena sudah membayangkan respon tadi. Default modenya orangtua sepertinya ya. Mudah-mudahan dengan menyadari jadi bisa memilih mode yang berbeda..
Perbedaan generasi juga mungkin menjadi jurang komunikasi. Anak saya sering bilang,"If I told you, you would never understand anyway." Bener juga saya pikir. Ada untungnya saya mengalami masa yang sangat sulit untuk beberapa tahun. Yang akhirnya saya lakukan adalah giving him some space and let him learn from his mistakes. Berhasil ternyata. Sekarang dia jadi sangat bertanggung-jawab, berprestasi dan saya tidak lagi pusing. Tapi saya yakin kak Ine lebih tau karena lebih dulu melewati masa ini
Bener pak, kasih ruang juga perlu ya. Perlu trust ke anak dan yakin di saya itu pak.. ✌🏼☺️ tapi lebih dulu ga jd lbh tau pak 😁