Kadangkala jalan hidup kita berada dalam serangkaian peristiwa yang saling bertumbukan tanpa kita ketahui. Seperti misalnya peristiwa yang saya peroleh dari sebuah film yang sudah beberapa kali saya saksikan, saya tonton lagi tadi malam The Curious Case of Benjamin Button. Daisy tertabrak truk pengiriman barang. Sebelumnya Daisy sedang mandi sesudah melakukan latihan ballet, pada saat bersamaan di tempat lain taksi sedang menunggu untuk mengantarkan barang yang ternyata belum siap dibungkus karena gadis yang bertugas lupa karena semalam sebelumnya dia putus dengan pacarnya. Ketika sudah diberikan pada sopir taksi, sesudah terlambat beberapa menit, taksi harus berhenti sejenak karena ada seorang pria yang menyeberang jalan, pria tersebut semalam sebelumnya lupa mengatur alarm sehingga dia terlambat bangun dan menyebrang jalan bukan pada tempatnya karena terlambat ke kantor. Karena harus menunggu sebentar memberikan jalan pada pejalan kaki, pada saat yang sama truk pengiriman barang juga terhenti karena taksi yang berhenti memberikan jalan pada pejalan kaki. Pada saat itu Daisy sudah selesai mandi dan harus menunggu temannya yang sedang mamakai sepatu lalu talinya putus. Mereka akhirnya keluar dari belakang teater dan pada saat mereka menyeberang jalan truck pengiriman barang melintas dan Daisy tertabrak. Jika seandainya taksi tidak perlu menunggu karena barang kiriman sudah dibungkus karena gadis itu tidak lupa dan tidak putus dengan pacarnya, atau jika penyebrang jalan tidak lupa dengan alarmnya sehingga tidak terlambat bangun dan tidak perlu bergegas menyebrang jalan sehingga menghalangi taksi sehingga taksi tidak menghalangi truk pengiriman barang dan dapat pergi lebih awal atau jika teman Daisy tidak putus tali sepatunya, maka siatuasi yag terjadi tentunya akan berbeda. Semua peritiwa itu tidak akan bertumbukan di belakang teater yang berakhir dengan cideranya kaki Daisy sehingga dia harus berhenti menjadi penari Ballet.
Sepertinya dalam hidup kita juga begitu tanpa kita ketahui. Sepertinya nyambung dengan tulisan saya 2 hari yang lalu tentang the point of Life, saya mengutip kalimat itu juga dari sebuah film: Life is not merely a series of meaningless accidents or coincidences, but rather, it's a tapestry of events that culminate in an exquisite sublime plan. Hidup tidak hanya merupakan serangkaian peristiwa atau kebetulan yang tanpa arti, tapi merupakan sebuah hamparan dari peristiwa-peristiwa yang berujung pada akhir dari sebuah recana besar. Hmm.. lagi-lagi pikiran saya mentok pada takdir. Kalau diurut-urutkan maka dengan mudah setiap orang berkata "memang sudah tulisan bahwa Daisy akan tertabrak."
Jika mengikuti pemikiran yang diungkapkan dalam film Benjamin Button ini, menurut saya kok hidup menjadi begitu rumit dan kecenderungan kita memikirkan hal ini sangat kuat. Seperti berbulan-bulan yang lalu saya menulis serangkaian essai tentang connecting dots, saya berusaha mengkait-kaitkan banyak peristiwa dalam hidup ini yang ujungnya saya berakhir di kota Fort Collins, sampai ada 4 tulisan. Memang sepertinya masuk akal. Hal yang saya alami sekarang merupakan akibat dari berbagai keputusan yang sudah saya buat di masa-msa lalu. Itu yang kemudian disebut dengan fate dalam tulisan saya 2 hari yang lalu. Terlihat semuanya masuk akal dan segala persitiwa yang saya alami bukan merupakan sesuatu kebetulan.
Dalam beberapa tulisan di AES ada bebebrapa yang pernah mengungkapkan istilah everything happens for a reason, Ini juga sering dijadikan alasan bahkan juga digunakan untuk "menghibur" pada banyak peritiwa yang tidak menguntungkan yang kita alami. Lalu sesudah semuanya lewat, kita mulai menyambung-nyambungkan dan melakukan rasionalisasi akan berbagai peristiwa yang sudah kita alami. Kondisi sekarang terjadi karena periistiwa A yang mengakibatkan kejadian B sehingga berakhir dengan C lalu D dan seterusnya.
Yang jelas kita tidak akan pernah tahu akan seluruh rangkaian peristiwa peristiwa di sekitar kita. Misalnya kita tidak akan pernah tahu mengapa orang asing yang sedang berjalan bisa berada depan. Kita tidak tahu dia dari mana, kemana tujuannya dan mengapa. Itu baru satu, belum yang lain-lainnya. Yang paling masuk akal mungkin kita harus memfokuskan pada kondisi diri sendiri. Kita juga tidak akan pernah tahu apa yang akan ada di depan kita, kita tidak bisa melihat terlalu jauh ke depan, kita hanya mampu mengantisipasi kemungkinan yang mungkin akan terjadi.
Filsuf Seneca berkata," Luck is when preparation meets the oportunity" kesempatan tidak begitu saja jatuh ke dalam pangkuan kita . Kesempatan bisa muncul kapan saja, tapi kita tidak akan bisa memanfaatkannya jika kita tidak memiliki kesiapan diri. Filsuf ini juga berkata, " If one does not know to which port one is sailing, no wind is favorable" Jika kita tidak mempunyai tujuan dan kesiapan ketika kesempatan itu tiba kita tdak akan dapat memanfaatkannya. Jadi jika ada orang berkata, sudah takdirnya nasib dia jelek, saya tidak bisa percaya begitu saja. Mungkin saja karena dia tidak pernah mempersiapkan diri, sehingga ketika kesempatan datang dia tidak mampu berbuat apa-apa. Bukan nasib dia jelek, tapi dia tidak siap. Jangan menyalahkan takdir atau nasib!
Nice post Joe. Thank you. 🙏😊