AES189 Budaya Baca
Andy Sutioso
Friday November 19 2021, 9:00 PM
AES189 Budaya Baca

Di Ririungan ini cukup banyak yang menulis tentang membaca, dan tentang kesukaan terhadap buku. Jo, Bubuy pernah menulis dan saling berkomentar tentang ini. Di tulisan ini saya ingin bercerita tentang amatan saya terkait budaya baca, dari pengalaman dulu tinggal di Australia di sekitar tahun 95 - 96an. Budaya baca memang salah satu yang paling kentara berbeda antara masyarakat Indonesia dan masyarakat Australia - setidaknya di Sydney - di kota tempat saya pernah tinggal dulu. 

Saya sempat bercerita di salah satu esai saya bahwa di kampus, bangunan tertinggi adalah UNSW Library, tingginya 12 lantai. Bangunan ini jadi landmark (penanda daerah) di sana. Tapi bukan bangunannya saja yang tinggi, memang warga masyarakat di sana doyan banget baca. Di mana-mana kita melihat orang membawa buku di tangannya. Saat menunggu bus kota datang, di perhentian bus, mereka baca buku. Bus datang, buku ditutup, mereka naik bus, memindai tiket, duduk dan kembali membuka buku mereka, melanjutkan baca. 

Saat weekend, rekreasi mereka membaca juga. Banyak orang yang kegiatannya di akhir minggu pergi ke taman kota, berbekal botol minuman dan sandwich atau buah-buahan, untuk menemani mereka baca buku. Di taman kota mereka cari tempat yang nyaman, di bawah pohon, di tepi sungai atau di tepi pantai, duduk di bawah pohon atau di bangku taman dan membaca. Ya itulah salah satu bentuk rekreasi buat mereka... 

Bukan hanya rekreasi, membaca adalah salah satu aktivitas mereka dalam keseharian, waktu luang mereka banyak diisi membaca buku. Entah mendefinisikannya bagaimana, apakah itu bentuk rekreasi, atau me-time, intinya mereka jelas-jelas sangat suka membaca buku. 

Di kampus juga begitu, saat musim panas, lapangan rumput di kampus dipenuhi mahasiswa yang tiduran di rumput, kepalanya beralaskan backpack sambil membaca buku. Hal semacam ini sangat jarang terlihat di Indonesia.  

Sebagai catatan, di tahun-tahun itu memang belum ada smartphone. Yang ada baru hape kuno yang digunakan untuk menelepon atau berkirim SMS. Email baru saja dikenal di kampus. Di tahun-tahun itu, email dan Internet adalah barang baru. Windows saat itu baru versi 3.0. Jadi ya, memang situasi sangat berbeda dengan hari ini. Bagaimana situasinya hari ini di sana, pastinya sudah agak berbeda juga - sudah banyak perubahan. 

Tapi intinya, budaya membaca itu memang hal penting, dan sepertinya itu yang membuat negara-negara seperti Australia dikategorikan negara maju. Karena memang membaca (dan juga menulis) terus mendorong orang untuk berpikir dan menata pikirannya... Sampai hari ini ini jadi pe-er besar di Indonesia, bagaimana membangun budaya membaca (dan menulis). Sambil menuliskan tentang ini saya jadi teringat pada Jabawaskita - bagaimana suasana jabawaskita yang sudah bertahun-tahun ada di Smipa memang sesuatu yang spesial - dan harus diakui ngangenin juga ya... Salam literasi... 

IMG_6681.JPG

Photo by Oziel Gómez from Pexels

joefelus
@joefelus   4 years ago
Tiduran di teman sambil piknik dan baca, itu dulu kegiatan saya etiap akhir pekan ketika kano masih kecil. Kano kami umbar di lapangan rumput lari ke sana kemari, saya tiduran sambil baca buku, minum kopi dan makan blueberry creamcheese scones! tidak ada yang lebih indah daripada kegiatan seperti itu Hahaha. Sayang open space di Bandung kurang banyak, trus kalaupun ada kurang dirawat atau rumput dipagari karena masyarakat kurang ikut "memiliki" sehingga merusak, nyampah dan lain-lain. Sangat kompleks issuenya ...