Gambar dari : geotimes.co.id
MemangĀ sih, tampaknya seperti sedang ngobrol dengan kucing dan seakan-akan kucingnya mengerti. Disuruh berguling, dikerjakan. Disuruh bersihkan tempat makan, dikerjakan. Disuruh ambilin paket datang, juga dikerjakan.
Jadi ini yang jagoan, pelatih manusianya atau kucingnya itu sendiri. Jadi ini yang benar paham, manusianya yang ngerti bahasa kucing atau kucingnya yang ngerti bahasa manusia. Oh, mungkin hanya pas saja.
Pas, bertemu manusia yang malas bergerak dengan kucing yang cerdas bertindak. Sehingga semakin berat tenggelam manusia pemelihara kucingnya dan semakin bersinar sampai bisa terbang kucing peliharaannya.
Kelintas memeĀ di internet yang suka membalikan keadaan, bahwa kucing itulah sesungguhnya yang jadi tuan dan manusia pelayannya. Jadi keinget dengan sinetron di tivi, peran pelayan yang sering di close up muka arogannya.
Balik lagi. Katanya sih, kucing terlatih bukan karena kata-kata dan penjelasan. Justru dengan contoh dan tindakan. Memang tidak perlu berkelakuan seperti kucing, hadir dan bekerjasama sudah cukup.
Lebih dari itu, semua kata-kata dan ocehan-ocehan hanya pemanis, eh.. pemberisik saja. Buktinya, kalau hanya kata-kata dan tunjuk-tunjuk saja. Kucing itu abai, tutup telinga, ngeong-ngeong & tunjuk-tunjuk juga. Berisik juga.