#AES 59 Merdeka dengan Sederhana
matheusaribowo
Thursday November 2 2023, 8:15 PM
#AES 59 Merdeka dengan Sederhana

"Setiap anak, setiap orang memang harusnya merdeka dari apapun." - Kakek Farshad

Setelah berhasil mengamankan semangkuk rawon dari Wosika, saya berjalan kembali ke ruang tengah. Melewati area depan kantor dan coop yang tentu saja masih ramai dengan canda gurau anak-anak yang menunggu dijemput atau meminta tambahan waktu untuk lebih lama bermain di sekolah. Ini bukan hal aneh di Smipa, yang aneh justru kalau ada anak-anak yang ingin segera pulang dan tidak betah berlama-lama di sekolah. Kesan yang masih saya ingat ketika masih sekolah dulu, kalau bisa sesegera mungkin pulang dan meninggalkan area sekolah. Saya yakin, ke"aneh"an ini dirasakan oleh banyak orang, bahkan kakak maupun orang tua keluarga Smipa.

Selangkah melewati garis kuning, garis batas area tunggu anak-anak sepulang sekolah, langkah saya tertahan. Saya memelankan langkah. Seorang ibu yang belum saya kenal namanya, namun saya tahu itu ibu dari siswa baru di Smipa. Beliau bersama sepasang nenek dan kakek yang berjalan beriringan di lorong ke arah area KBTK dan SD. Terlihat sang ibu menerangkan beberapa hal dengan senyum semangat yang juga bersambut senyum lega dan senang. Menyadari keberadaan saya di belakang mereka, ibu segera menjelaskan, "Kakek Nenek Farshad ingin melihat sekolah cucunya." Saya yang sudah menyiapkan senyum sedari tadi pun terkesiap dan menjawa singkat, "mangga bu, nek, kek." Sembari menatap wajah dan memastikan senyum bersambut di antara kami. Bersamaan dengan itu, Farshad datang dari arah lain dengan berucap, "Itu kakek dan nenek aku." Kepada teman-temannya.

Beberapa saat berlalu, saya berpapasan dengan ibu, kakek, dan nenek Farshad di depan ruang tengah KBTK. Ternyata mereka masih di sana, menyaksikan kegiatan beberapa kelas SD besar di pendopo dan beberapa di lapangan rumput. "Kok mereka tidak pakai sendal?" tanya kakek pada ibu yang tak sengaja ikut saya dengar. Karena saya menghentikan langkah dan tertangkap pandangan ibu, ibu pun menyapa dan mengulang pertanyaan kakek kepada saya. Dengan tambahan, "Ada penjelasannya nggak, kak? Apa tujuannya tidak pakai sendal?" Tanpa aba-aba dan persiapan, segera saya lirik rumput dan menjawa singkat, "Agar lebih dekat dengan ibu bumi." Jawaban yang muncul setelah membayangkan beberapa hari lalu anak-anak merayakan kembali dibukanya lapangan rumput. Tidak menanggapi jawaban saya, kakek melempar pandangnya kepada anak-anak yang berlarian tanpa alas kaki. "Setiap anak, setiap orang memang harusnya merdeka dari apapun." Sayup-sayup kakek mengucapkan kalimat itu. Saya yang masih mencerna, menjawab kalimat dan tatapan kakek dengan senyum. "Dari suasananya saja menyenangkan sekali, anak-anak senang, bebas merdeka, ..." sayang sekali tak sampai utuh saya menangkap kalimat kakek.

Sesederhana kejadian ini, semoga kita semua senantiasa merdeka. Dalam rasa, dalam esensi kita sebagai manusia, seutuhnya.

Andy Sutioso
@kak-andy   2 years ago
Wah ada kakeknya Farshad ya. Terima kasih catatannya kak Mamat. πŸ™πŸΌπŸ˜Š
You May Also Like