AES26 Menjadi Siapa Lagi? #3 "Dikira Ka Andy"
matheusaribowo
Thursday September 29 2022, 12:49 PM
AES26 Menjadi Siapa Lagi? #3 "Dikira Ka Andy"

"Kamu harus baca Aroma Karsa!"

Seorang teman datang dan itulah kalimat pertamanya. Begitu bersemangat ia menyarankan Aroma Karsa untuk segera kubaca. Menurutnya, salah satu tokoh dalam buku itu membawa ingatannya padaku. Padahal, kami baru saling berkenalan selama 7 minggu di klab menulis setiap hari Kamis. Jadi, kamipun hanya saling bertemu setiap Kamis malam selama kurang lebih 3 jam. Namun, ia membaca "aku" dari tulisan-tulisanku. Kuingat pula kalimat Ka Andy saat mengatakan bahwa ia "lebih mengenal" Ka Yanti dari beberapa Kakak lain yang tak ia baca tulisan-tulisannya. Ka Andy yang sering membaca tulisan Ka Yanti, membuatnya (merasa) mengenal Ka Yanti lebih dalam. Aku setuju dengan itu. 4 tahun lebih bersama klab menulis setiap Kamis, pertemuan yang singkat secara waktu, namun penuh secara rasa. Kami mengenal satu sama lain tanpa banyak pertemuan. Menulis bersama dan mencurahkan berbagai respon dari tema yang selalu berbeda setiap Kamis. Lalu duduk mendengar setiap kata terucap bersama maknanya. Tanpa terasa sudut pandang masing-masing kami menjadi kepingan yang kami kumpulkan untuk juga saling mengenal.

"Eh, Kak Andy!" ujar 3 orang anak kelas Gadang menyambut kemunculanku dari balik dinding depan kantor. Celana pendek dan kemeja kotak-kotak sudah cukup jadi bekal untuk mereka mengasosiasikan orang lain dengan sosok Ka Andy. Begitu pula ketika di kelas kuubah suaraku mirip dengan Sponge-Bob, Patrick, dan tokoh lain yang mereka kenal. Tanpa perlu memberitahukan, dalam sekejap teman-teman di kelas akan langsung menyebut pemilik suara yang kutirukan. "Eh, kakak-kakak banyak yang jadi cewek bumi." celetuk orang tua ketika beberapa kakak menggunakan pakaian dengan warna serupa unsur-unsur bumi. Apakah ini bisa disebut bahwa "aku bisa menjelma apapun"? Kembali lagi, kepada tulisan dan klab menulis. Entah berapa ratus atau ribu tema menulis yang telah ditulisa bersama di klab menulis, namun setiap kami selalu menulis dengan "gayanya" masing-masing. Seperti di ririungan ini, membaca beberapa judul atau kalimat awal saja kadang sudah bisa menebak penulisnya. Seperti apapun mencoba menulis dengan "gaya" orang lain, "rasanya" akan tetap menjadi kita. "Tak ada satu jelma pun yang bisa menjadi aku."